MESKI TAK PADA RUMAH
Apa kabar rumah itu?
telah lama sekali aku tak mengunjunginya
masihkah sama?
seperti berpuluh-puluh silam ketika kaki ini menjejak
sebuah rumah di mana aku menyesap masa kanak-kanak
rumah yang mengguratkan rasa sumringah saat raga ini singgah
Bagaimana Emak?
masihkah di dadanya menyediakan dekap menunggu kepulangan?
bagaimana juga Bapak?
masihkah menyapa dengan pecut-nya?
seperti senja saat azan berkumandang dan aku masih tak beranjak dari dolanan
ketika jauh usiaku belum belasan
Sampaikan kini
bahwa aku akan pulang
dengan wewangian bunga
meski tak pada rumah
namun pusara berbatu nisan tanpa atap beralas tanah
Kudus, 02 Oktober 2021
- Iklan -
LELAKI BERTUBUH ILALANG
Sebuah sore
lelaki bertubuh ilalang
tumbang
tetangga mengira karena hutang
tapi bukan
televisi masih menyala
tayangan artis duduk di dewan
dalam wawancara
bergaji jutaan
sementara di dapur lelaki bertubuh ilalang
hanya tersisa nasi dan garam
lelaki bertubuh ilalang
tumbang
ia tak tahu suguhan apa
ketika dari sekolah anaknya pulang
Kudus, 02 Oktober 2021
KATA PARA PETINGGI
Kata para petinggi
bolehlah sekolah dibuka
wabah sudah lari
penyakit perlahan pergi
Kata para petinggi
lembaga pendidikan berfungsi kembali
virus sudah diatasi
jutaan vaksin telah meresap lewat injeksi
Kata para petinggi
ketakutan itu tak perlu ada lagi
orang tua selayaknya berbungah hati
Tapi
anak-anak tak sepenuhnya menikmati
lantaran jemarinya berselancar dalam jaringan
kini sudah tak senikmat dulu lagi
Kudus, 02 Oktober 2021
YANG TUMBUH DARI MATAMU
Yang tumbuh dari matamu
Adalah akar
kemudian berlanjar tunas
Yang semai jadi batang itu
adalah ranting dan dahan
berdaun apa?
berbunga apa?
‘kita’
adalah apa yang kita tanam
kebencian kah?
cinta kah?
Kudus, 02 Oktober 2021
SEMBILAN DUA – KAU SUDAH MENUA
Kepada sebuah nama
– Ma’arif –
kiranya apa kado dari kami?
Belum ada puisi di hari lahirmu
tagihlah tahun depan lagi
agar sajak mampu kutulis kembali
agar aku tak hilang tanpa permisi
Kudus, 02 Oktober 2021
*Yani Alqudsy Ialah nama pena dari seorang blogger dan pecinta sastra. Menulis di beberapa antologi puisi, diantaranya: Munajat Ramadhan (Nusantara Sakti, 2018), Bermemoar di Kedai Kopi (LovRinz, 2017), antologi Sampah Serapah Sripah bersama Komunitas Kresek Indonesia (2019), Antologi Kapok Lombok terbitan Penerbit Intishar (2019), Antologi Penyair Nusantara (2019), Sesapa Mesra Selinting Cinta (Balai Bahasa Jateng, 2019), Antologi Rawatirta (Reybook Media, 2019). Tulisannya dimuat di beberapa media seperti; Solo Pos, Tajug.net, Kabar Madrasah, Mata Sastra, dll. Saat ini sedang menikmati menjadi guru di Lembaga Pendidikan AlQuan-