Oleh Fitria Nurul Azizah
Covid-19, sebuah peperangan berkepanjangan yang bukan hanya menghantam pertahanan kesehatan negeri ini saja akan tetapi juga menyerang segala sektor diberbagai lini kehidupan, dari sektor pendidikan, kebudayaan, pariwisata hingga sektor ekonomi. Pandemi Covid-19 memberi dampak besar pada sektor ekonomi dan sosial di dunia, termasuk Indonesia. Pengamat kebijakan publik dan pelaku bisnis, Saiful menyebut ada tiga dampak besar pandemi Covid-19 ini bagi perekonomian nasional. Dampak yang pertama adalah melemahnya konsumsi rumah tangga atau melemahnya daya beli. Dampak kedua dikatakannya, pandemi Covid-19 ini menimbulkan adanya ketidakpastian, kapan akan berakhir. Sehingga di bidang investasi juga ikut melemah dan berimplikasi terhadap berhentinya sebuah usaha. Sedangkan dampak yang ketiga yakni pelemahan ekonomi sehingga menyebabkan harga komoditas turun.
Beberapa upaya pun telah ditempuh oleh pemerintah antara lain menerbitkan berbagai aturan dan protokol dan panduan kesehatan, kampanye cuci tangan, penggunaan masker, jaga jarak masif, pembatasan sosial bersekala besar (PSBB) di berbagai wilayah, melarang mudik lebaran, menyiapkan laboratorium untuk tes Covid-19, menjalankan tes Covid-19 di berbagai wilayah, penetapan tatanan normal baru, vaksinasi Covid-19, hingga penerapan Peraturan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat Jawa dan Bali. Semua upaya tersebut dilakukan pemerintah untuk menanggulangi penyebaran virus Covid-19 yang semakin hari semakin meningkat. Upaya yang dilakukan pemerintah tersebut telah mempengaruhi seluruh tatanan masyarakat serta memengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat. Jika kita mengamati lebih jauh terkait dampak virus Covid-19 terhadap aspek ekonomi, mungkin kita akan tercengang, karena virus ini merubah seluruh lapisan ekonomi masyarakat, baik masayarakat kecil, menengah, atas, termasuk juga perekonomian negara.
Bagaimana Indonesia mampu melaluinya?
- Iklan -
Apa yang dimiliki bangsa ini agar mampu bertahan di tengah gelombang wabah yang belum pasti kapan akan berakhir?
Secercah harapan besar sejatinya ada dalam diri bangsa Indonesia. Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, umat Islam dapat memberikan peran terbaiknya melalui berbagai bentuk atau model philanthropy dalam Ekonomi dan Keuangan Syariah. Islam sebagai agama yang mengajarkan manusia untuk saling menyayangi, mengasihi dan menyantuni, memiliki konfigurasi kedermawanan atau filantropi dari ajarannya. Di antaranya berupa perintah untuk berinfak, bersedekah, berzakat, dan berwakaf, yang dapat berimplikasi terhadap peningkatan iman kepada Allah, menumbuhkan rasa kemanusiaan yang tinggi, menghilangkan sifat kikir, rakus dan materialistis, menumbuhkan ketenangan hidup, membersihkan dan mengembangkan harta yang dimiliki, juga dapat mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan, lingkungan dan aspek kehidupan lainnya. Peran ini diharapkan dapat mengatasi guncangan ekonomi yang terjadi dan seluruh masyarakat, khususnya umat muslim, dapat ikut serta berkontribusi dalam memulihkan guncangan tersebut.
Gotong-royong adalah budaya nenek moyang Indonesia yang sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat. Gotong-royong atau saling membantu satu sama lain juga menjadi pondasi bermasyarakat di Indonesia. Gotong-royong sendiri berasal dari kata dalam bahasa Jawa. Kata ‘gotong’ dipadankan dengan kata ‘pikul atau angkat’. Sedangkan kata ‘royong’ dipadankan dengan bersama-sama. Secara sederhana kata tersebut berarti mengangkat sesuatu secara bersama-sama atau dapat diartikan juga sebagai mengerjakan sesuatu secara bersama-sama. Dalam konsep gotong-royong ada istilah “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”. Artinya seberat apapun beban yang di pikul oleh saudara ataupun tetangga, akan dipikul bersama sama. Dan ketika mendapatkan kenikmatan atau kebahagiaan, maka kita akan berbagi kebahagiaan dengan saudara ataupun tetangga kita. Gotong-royong juga merupakan aktualisasi dari nilai-nilai Pancasila. Sari pati Pancasila sendiri adalah gotong-royong.
Jogo Tonggo: implementasi gotong royong dan model philantrhropy Ekonomi Islam
Penerapan gotong-royong yang juga merupakan model philanthropy Ekonomi Islam adalah konsep Jogo Tonggo yang digagas Pemprov Jateng. Program Jogo Tonggo merupakan inovasi pemberantasan Covid-19, berbasis kewilayahan. Melalui Instruksi Gubernur Nomor 1 Tahun 2020, dibentuklah Satgas Jogo Tonggo, yang memberdayakan warga hingga wilayah Rukun Warga (RW). Instruksi ini diterbitkan pada tanggal 22 April 2020. Sesuai namanya, Jogo Tonggo mengedepankan partisipasi aktif warga untuk saling menjaga dari penularan Covid-19. Jika ada yang terinfeksi virus Covid-19, warga dapat saling menjaga dengan memberikan perhatian, dan tidak memberikan stigma pada mereka yang tertular.
Jogo Tonggo hadir dengan filosofi pemanfaat dilapisan terbawah yakni rukun warga (RW) di masyarakat. Lembaga inilah yang mengetahui berbagai masalah masyarakat paling bawah, termasuk siapa saja yang terinfeksi virus Covid-19, termasuk juga mereka yang kehilangan pekerjaan. Dengan demikian konsep Jogo Tonggo dalam percepatan penanganan Covid-19 yaitu program yang berbasis masyarakat. Berbasis masyarakat artinya meningkatkan semua potensi yang ada dalam masyarakat dan menyesuaikan pelaksanaanya dengan kondisi geografi daerah setempat.
Dalam praktiknya Jogo Tonggo mencangkup dua hal utama yaitu menjadi jaringan pengaman sosial dan keamanan serta jaringan pengaman ekonomi. Menjadi jaringan sosial dan keamanan meliputi sosialisasi, pendataan, dan pemantauan warga. Sementara jaringan pengaman ekonomi bertugas memastikan tidak ada satupun warga yang kelaparan selama wabah virus Covid-19 ini dan berusaha mempertahankan kegiatan ekonomi masyarakat agar tetap berjalan dengan baik selama pandemi Covid-19 atau pasca pandemi. Mekanisme Jogo Tonggo, bukan hanya dapat mendeteksi warga yang terinfeksi Covid-19 saja namun juga mengantisipasi dampak bagi warga yang rentan akan dampaknya.
Ketika seseorang terserang Covid-19 maka dia harus melakukan isolasi mandiri, dan otomatis tidak mempunyai akses untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari saat isolasi mandiri. Keterbatasan inilah yang membuat penderita Covid-19 membutuhkan bantuan dari orang lain. Orang yang memungkinkan untuk membantu penderita Covid-19 adalah tetangga. Karena tetanggalah yang paling tahu kondisi penderita Covid-19 dibandingkan dengan saudara yang jauh. Ketika seseorang terkonfirmasi positif, penderita Covid-19 tersebut melapor ke ketua RW. Nah disinilah kemudian Ketua RW bersama dengan ibu-ibu PKK dan tetangga membantu menyokong kebutuhan sehari-hari penderita Covid-19 selama isolasi mandiri, terutama kebutuhan pangan. Program ini sangat efektif, apalagi ketika penderita Covid-19 tersebut sangat bergantung pada pekerjaan yang mengharuskannya keluar rumah. Ketika penderita tidak keluar rumah, maka penderita tersebut tidak bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari selama isolasi mandiri. Oleh karena itu pertolongan dari tetangga sangatlah dibutuhkan.
Konsep Jogo Tonggo yang merupakan penerapan gotong-royong ini juga dijelaskan dalam Hadits Nabi yang artinya:
“Barangsiapa yang membebaskan satu kesusahan seorang mukmin dari kesusahan-kesusahan dunia, maka Allah akan melepaskannya dari satu kesusahan-kesusahan di akhirat. Barangsiapa memberikan kemudahan kepada orang yang kesulitan, maka Allah akan memudahkan dia di dunia dan akhirat. Barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan selalu menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya” (HR. Muslim).
Selain itu Al-Qur’an juga menerangkan tentang konsep gotong-royong atau tolong-menolong dalam AL-Qur’an Surah Al-Maidah ayat 2 yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar syiar-syiar kesucian Allah, dan jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) hadyu (hewan-hewan kurban) dan qala’id (hewan-hewan kurban yang diberi tanda), dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitulharam; mereka mencari karunia dan keridhaan Tuhannya. Tetapi apabila kamu telah menyelesaikan ihram, maka bolehlah kamu berburu. Jangan sampai kebencian(mu) kepada suatu kaum karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya.”
Dari hadits dan ayat Al-Qur’an diatas kita di perintahkan untuk tolong-menolong terhadap sesama terutama bagi yang membutuhkan. Jogo tonggo ini sangatlah relevan dengan konsep tolong-menolong, apalagi saat pandemi sekarang ini. Membantu saudara kita yang membutuhkan saat pandemi sama saja berjuang di jalan Allah, di jalan yang di ridhai Allah. Karena penderita Covid-19 tersebut sangatlah membutuhkan simpati, empati serta bantuan dari saudara dan juga tetangganya. Untuk menguatkan kondisi baik fisik maupun psikisnya.
Program Jogo Tonggo ini sudah menuai penghargaan yaitu sebagai salah satu juara dalam acara Top Inovasi Pelayanan Publik, Inovasi Penanganan Covid-19 dan Pengaduan Terbaik 2020, kategori Pelayanan Publik Penanganan Covid-19, dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB). Penghargaan tersebut diserahkan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Tjahjo Kumolo kepada Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen, di Gedung Jakarta, Rabu, 25 September 2020. Saat ini Jogo Tonggo pun sudah diaplikasikan dalam berbagai bidang. Mulai Jogo Santri, Jogo Pasar, Jogo Kantor, Jogo Plesiran, dan sebagainya. Sehingga dengan adanya program ini diharapkan masyarakat semakin peduli terhadap masyarakat di sekitarnya, dan terus disiplin menerapkan protokol kesehatan pencegahan penularan Covid-19.
Program Jogo Tonggo yang merupakan penerapan nilai gotong-royong ini lahir untuk menjawab bagaimana nilai luhur budaya Indonesia tetap hidup dalam situasi apapun, termasuk saat pandemi seperti ini. Nilai luhur yang terus dirawat ini tentunya sangat sejalan dengan ajaran Islam untuk menyayangi sesama umat manusia, terutama tetangga. Sebagai penerus bangsa kita sudah seharusnya merawat dan melestarikan budaya kita, jangan sampai tergerus oleh globalisasi. Budaya-budaya yang baik diterapkan menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Program Jogo Tonggo ini akan lebih memberikan manfaat yang lebih luas lagi apabila dinasionalisasikan atau diterapkan di seluruh Indonesia. Sehingga semua lapisan masyarakat di Indonesia merasa aman dan terlindungi oleh tetangga mereka. Program ini juga bisa dikembangkan dengan menggunakan platform digital yaitu program sosialisasi penjagaan tetangga dalam masa pandemi. Jika hal ini dijalankan maka akan mempercepat pemulihan Indonesia dari pandemic Covid-19. Kesehatan membaik ekonomi bangkit.
-Mahasiswa Magister Ekonomi Syariah UIN Saifudin Zuhri, Purwokerto.