KEMARAU
malam makin malam
ketika bintang dipetik dari halaman rumah
melalui kisah ayah
sebelum mata terpejam dengan pulasnya
pada kurun ini
dingin seperti buih di lautan tubuh
dan rerumputan cokelat menjalar
di tanggul sawah yang diembus sapi-sapi lapar
di langit, awan-awan putih
menutupi jalanan sesekali
memberi teduh sementara
bagi lelah peluh
beginilah hari-hari berkisah
tentang matahari dari utara
dan air yang hanyut
dalam retakan tanah.
- Iklan -
MENUJU MASJID
ketika kumandang adzan menjalar ke pematang,
segera ia membekap sajadah, menyingkap ilalang
inilah siang untuk bergerilya doa,
berpadu dengan kerja keras di masa cocok tanam
gerimis tadi malam sungguh melegakan, berkah dari Tuhan,
menyirami jum’at yang sederhana, meninggalkan gundukan
dan lubang kepiting sawah dengan bau khas
yang menentramkan
pada tubuh yang luruh dari keringat, sajadah digelar,
menggembala sukma dan jiwa, menimbun pahala
dengan aliran kasih dalam segala rupa
MENUJU-MU
dalam damai doa
firman telah diwariskan
melalui sabda-sabda
yang memberi cahaya
pada lekuk liku lembah
dzahir dan batin
IBU
senangnya dan dukanya
seperti kemarau dan hujan
yang tabah menerima
takdir musim
geraknya dan diamnya
seperti petang dan siang
yang tumbuh
pada garis cakrawala
doanya dan doanya mengalir,
menggunung dan semakin menggunung
melimpahi jagat raya
dia adalah nadi semesta
bersemayam dalam jantung
setiap kita
TAMSIL
seperti tiga anak burung
bermain-main di dahan rindang
keluar dari sarang kesepian
dengan berbagi kebahagiaan
kepada pagi
seperti usia yang tumbuh
untuk nyala kehidupan
suatu ketika
doa akan menjalar
dari nama-nama
*M. Najibur Rohman, lahir di Rembang, 1986. Puisi-puisinya diterbitkan dalam sejumlah antologi bersama, diantaranya, Gambang Semarang (2020), Pandemi Puisi (2020) dan When The Days were Raining (2019). Bekerja dan bermukim di Semarang.