Oleh Akhmad Idris
Judul : Nasihat untuk Ananda (Terjemahan dari Ayyuhal Walad)
Penulis : Imam al-Ghazali
Penerjemah: H. Jemmy Hendiko, Lc., MIRKH
Penerbit : Maskana Media
Cetakan: I, Maret 2021
Tebal : 40 halaman
ISBN: 978-623-90542-5-0
Setiap manusia bisa belajar dari pelbagai buku karya penulis kenamaan yang memang berkompeten di bidangnya, namun pesan atau wasiat secara khusus adalah cerita yang berbeda. Ada semacam perasaan berbeda, bahwa setiap kalimat yang hadir dalam pesan tersebut memang sengaja ditujukan untuk penerima pesan. Akibatnya, pesan-pesan yang terkesan singkat sekalipun, terasa lebih dekat untuk diingat dan lebih lekat untuk dijaga erat. Hal seperti ini dipahami betul oleh satu di antara murid Imam al-Ghazali yang ingin mendapatkan pesan-pesan secara khusus dari gurunya. Meskipun Ihya’ Ulumuddin telah memuat jawaban atas banyak permasalahan hidup, namun sang murid tetap ingin mendapatkan pesan secara khusus yang akan selalu membersamainya selama hidup di dunia. Akhirnya, lahir sebuah karya tipis⸻namun manis⸻yang berjudul Ayyuhal Walad (wahai anakku tersayang) sebagai jawaban Imam al-Ghazali atas permintaan muridnya.
Karena Singkat, Lebih Mudah Diingat
Mengutip sebuah ungkapan yang disampaikan oleh A.G. Roemmers dalam novelnya yang berjudul the Return of the Young Prince, bahwa ribuan khutbah tentang kasih akan kalah dengan sebuah tindakan penuh kasih. Artinya, sebanyak apapun ceramah yang disampaikan oleh seseorang akan kalah dengan satu tindakan yang didasari kasih sayang. Imam al-Ghazali memang telah melahirkan banyak karangan, namun bagi muridnya pesan-pesan singkat dalam Ayyuhal Walad jauh lebih efektif sebagai pengingat karena dilatarbelakangi oleh rasa kasih sayang seorang guru yang ingin memenuhi permintaan sang murid.
Selain itu, justru pesan singkat yang cenderung mudah diingat. Hal ini dilandasi atas asumsi dasar bahwa semakin panjang kalimat, semakin banyak pula yang perlu diingat. Sementara semakin pendek kalimat, semakin sedikit pula yang perlu diingat. Simpulannya, pesan-pesan yang singkat pada dasarnya lebih mudah nyantol di hati beserta pikiran. Apalagi, pesan-pesan yang dipilih oleh Imam al-Ghazali telah dikurasi dengan teliti agar pesan-pesan yang ditulis adalah pesan-pesan yang paling penting di antara yang penting. Sebut saja seperti pesan ihwal batasan usia manusia untuk berhati-hati terhadap segala amalannya, hal yang berat dari sebuah nasihat, syair-syair penggugah jiwa, sindiran jenaka dari Luqman al-Hakim, hingga penutup yang ‘menggiurkan’ dari Imam al-Ghazali.
- Iklan -
Lewat hadis Nabi Muhammad, Imam al-Ghazali mengingatkan tentang batas maksimal usia manusia berkelindan dengan kemaksiatan, yakni empat puluh tahun (halaman 5). Batasannya sederhana saja, siapapun yang telah berusia berusia lebih dari empat puluh tahun dan kebaikannya masih belum bisa mengungguli keburukannya, maka ia perlu berkemas dan menyiapkan bekal untuk ‘piknik’ di dalam neraka. Tak lupa Imam al-Ghazali juga mewanti-wanti bahwa memberikan nasihat seperti yang dilakukannya saat ini itu mudah, sebab apa yang sudah dari sekadar menyampaikan tentang nasihat-nasihat yang telah ada sebelumnya bukan? Justru pihak yang diberatkan dalam urusan nasihat adalah penerimanya, sebab sebaik-baik nasihat tetap akan terasa pahit bagi seseorang yang telanjur sepakat dengan hawa nafsunya (halaman 5).
Tak hanya dalam bentuk perintah, nasihat yang ditulis oleh Imam al-Ghazali juga dihadirkan dalam bentuk syair-syair indah yang menggugah jiwa. Satu di antaranya adalah syair dari Persia yang berbunyi “Andai kau menimbang dua ribu peti arak sekalipun, kau tidak akan pernah mabuk selama kau tidak meminumnya.” (halaman 7) Artinya, ide; gagasan; maupun ilmu tidak akan berarti apa-apa sampai seseorang melaksanakan ide-ide tersebut dan mengamalkan ilmu-ilmu yang telah dipelajarinya. Sesekali Imam al-Ghazali memberikan nasihat dengan gaya jenaka, seperti saat menyampaikan sindiran gaya satire dari Luqman al-Hakim kepada putranya. Luqman al-Hakim pernah berwasiat kepada anaknya, “wahai anakku, jangan sampai seekor ayam jantan lebih pintar darimu! Ia berkokok di waktu sahur, sementara engkau masih terlelap tidur.” (halaman 16) Agaknya Luqman al-Hakim memang takut jika ayam jantan jauh ‘lebih manusia’ dari manusia itu sendiri.
Sebagai buku saku⸻karena bentuknya yang kecil dan tipis, sehingga mudah dimasukkan ke dalam saku baju agar mudah dibawa ke manapun⸻, buku Nasihat untuk Ananda diakhiri dengan penuh keberkahan oleh Imam al-Ghazali lewat sajian doa yang cukup panjang (halaman 38-40). Doa ini dianjurkan oleh Imam al-Ghazali agar dibaca setiap selesai salat. Pembaca tak perlu khawatir tidak bisa menghapalkannya, karena doa tersebut dapat dibaca sembari melihat buku. Ukuran buku yang kecil membuatnya lebih fleksibel, sehingga kesulitan menghapal tak lagi menjadi kendala.