Oleh Hamidulloh Ibda
Salah satu program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga, Ditjen PAUD dan Dikmas adalah Gerakan Nasional Orang Tua Membacakan Buku (Gernas Baku). Program ini didedikasikan menjadi formula penguatan literasi dalam keluarga, PAUD dan komunitas literasi.
Membangun kemampuan literasi anak, baik literasi lama (membaca, menulis, berhitung), dan literasi baru (literasi data, teknologi, dan humanisme) sangat ditentukan keluarga. Sebab, keluarga menjadi taman persemaian intelektual, spiritual, dan moral anak-anak.
Jika kita dihadapkan zaman disrupsi (ketercerabutan) di era Revolusi Industri 4.0 ini, maka bonus demograsi Indonesia pada 2045 harus disiapkan jauh-jauh hari. Data Ditjen PAUD Kemdikbud menyatakan Indonesia saat ini memiliki 33 juta anak berusia 0-6 tahun (Media Indonesia, 3/4/2018). Tantangan keluarga harus bisa menyiapkan anak-anak menjadi generasi emas pada hari depan.
- Iklan -
Anak-anak melek literasi atau sebaliknya sangat ditentukan pola asuh, among, dan iklim keluarga yang literat atau tidak. Kunci kesuksesan pendidikan anak sangat ditentukan pendidikan pertama dan utama dalam keluarga.
Dari tahun ke tahun, pemerintah mencari formula untuk memaksimalkan peran keluarga untuk mendukung pendidikan anak sesuai satuan pendidikan formalnya. Baik itu jenjang SD/MI, SMP/SMP, maupun SMA/SMK/MA. Dalam hal ini, untuk mencetak anak melek literasi, Gernas Baku menjadi bagian dari ikhtiar mencetak generasi literat.
Menyambut Gernas Baku
Secara konseptual, Gernas Baku merupakan gerakan orang tua yang membacakan buku di lingkup keluarga. Di sini, keluarga menjadi “sekolah literasi” bagi anak-anaknya. Gernas Baku, dikonsep sebagai gerakan nasional yang dilakukan dengan kolaborasi antara pemerintah, pegiat peduli pendidikan, perguruan tinggi, dan dunia usaha. Hal itu dalam rangka meningkatkan partisipasi keluarga dan sekolah untuk menumbuhkan budaya membaca.
Dalam praktiknya, tidak hanya di jenjang PAUD, namun Gernas Baku bisa diterapkan pada jenjang SD bahkan SMA. Sebab, diakui atau tidak, kehidupan di era milanial ini sangat jarang sekali anak-anak membaca atau dibacakan buku oleh orang tuanya. Realitasnya, anak-anak lebih asyik mainan gadget, game, dan internet.
Gernas Baku ini harus dipahami keluarga terutama ibu dan ayah untuk mendesain anak-anak literat, melek aksara, dan memahami sumber informasi serta pengetahuan yang benar. Keluarga dalam menyukseskan Gernas Baku ini tidak sekadar mendorong tumbuhnya minat baca anak sejak dini. Namun juga menumbuhkan kedekatan psikologis antara anak dan orang tua. Melalui membacakan buku, anak-anak lebih dekat dengan orang tua. Mereka juga bisa curhat dan mengungkapkan apa saja yang dialaminya selama sehari penuh dengan orang tua.
Penguatan
Gernas Baku sebagai sebuah gerakan literasi harus dikuatkan dan dijadikan program bersama untuk mencetak generasi literat. Ada beberapa formula menguatkan Gernas Baku. Pertama, memaksimalkan Gernas Baku yang sasarannya orang tua, warga sekolah dan masyarakat. Kedua, implementasi Gernas Baku di semua rumah, satuan PAUD, komunitas, dan di perpustakaan desa, taman baca dan lainnya.
Ketiga, penguatan kapasitas orang tua melek literasi. Mulai dari literasi membaca, menulis, berhitung, bahkan sampai literasi data, teknologi dan humanisme. Orang tua sebagai “guru literasi” dalam keluarga harus lebih literat dari anak-anak. Jangan sampai mereka “gaptek” dan kalah dengan anak-anak. Sebab, anak-anak zaman now karena lebih dekat dengan gadget menjadikan mereka “dewasa dini”.
Keempat, pemenuhan bahan bacaan, baik yang manual maupun digital. Misalnya, tiap minggu orang tua membeli buku baru dari toko buku. Orang tua juga bisa memanfaatkan e-library gratis yang bisa diakses dari Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Daerah, dan website gratis yang memberi fasilitas bahan bacaan gratis.
Kelima, penguatan kemampuan literasi baru di era Revolusi Industri 4.0 dengan menajamkan pemahaman literasi data, teknologi dan humanisme. Dengan literasi baru ini, kemampuan literasi lama meliputi membaca, menulis, dan berhitung semakin kuat.
Kelima, budaya literasi harus konsisten berjalan di keluarga. Praktiknya, sejak bangun sampai akan tidur, keluarga harus mampu membangun iklim literasi. Tak hanya membacakan, namun orang tua harus mengajak anak menulis, mengalisis, dan mengajarkan metode mendapat informasi dan kebenaran yang bijak. Sebab, satu anak menyimpan ribuan potensi yang harus dikembangkan.
Gernas Baku harus konsisten dan haram jika formalitas. Sesuai rencana, pada Hari Pendidikan Nasional mendatang, Mendikbud Muhadjir Effendy akan meresmikan Gernas Baku dan mengajak seluruh orang tua dan tenaga pendidikan untuk melek literasi lewat bacsa buku.
Lewat Gernas Baku, anak-anak bisa menjadi generasi berkompeten, berkarakter, nasionalis, humanis dan memiliki teknologi batin yang halus. Literasi dalam keluarga tak boleh hanya wacana dan harus diimplementasikan konsisten. Jika tidak sekarang, kapan lagi?
-Penulis adalah Dosen dan PJs Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan INISNU Temanggung, tulisan ini pernah dipublikasikan di Koran Satelitpost pada Selasa 10 April 2018.