Tangerang – Kementerian Agama RI bersama World Bank menggelar Pelatihan Calon Fasilitator Provinsi (Fasprov) Jenjang Madrasah Ibtidaiyah Program PKB Guru dan Tendik Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Tahun Anggaran 2021 di Hotel Golden Tulip Tangerang yang resmi dibuka Jumat (19/6/2021).
Dalam laporannya, Kepala pada Subdirektorat Bina Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Aliyah/Madrasah Aliyah Kejuruan Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Muchamad Sidik Sisdiyanto mengatakan bahwa jumlah peserta kegiatan adalah 93 dari seluruh Indonesia.
“Total Calon Fasilitator Literasi ada 34, kemudiam 32 Calon Fasilitator Numerasi dan 25 Calon Fasilotator Sains. Terdiri atas Guru MI, Kepala MI, Pengawas MI, dosen perguruan tinggi keagamaan baik negeri maupun swasta,” ujar dia.
Pihaknya juga menegaskan bahwa tidak semua calon fasilitator yang dilatih lulus. “Karena kemarin ada calon Instruktur Nasional tidak lulus,” lanjut dia.
- Iklan -
Hal itu dikarenakan karena tidak memenuhi aspek penilaian mulai dari sikap, pengetahuan, keterampilan. “Peserta yang lulus akan mendapat sertifikat dan SK dari Direktur GTK,” beber dia.
Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Dr. Muhammad Zain, M.Ag., dalam sambutannya menegaskan sudah saatnya Indonesia menuju knowledge based society. “Masyarakat berbasis ilmu pengetahuan. Agar ke depan tidak terjebak pada hoaks,” tegasnya.
Masyarakat Indonesia dalam bayangan saya, lanjutnya, ya yang mampu berpikir logis, ilmiah, berpikir kritis. Pihaknya mencontohkan dalam buku berjudul Manusia Indonesia karya Mochtar Lubis yang menyebutkan enam karakter manusia Indonesia. Salah satunya adalah suka tahayul, klenik-klenik.
“Anda kalau lihat buku Harry Potter itu dicetak jutaan ekslempar. Juga difilmkan ditonton juga enak. Dalam film ini mengilustrasikan mistis tapi diselesaikan dengan cara-cara ilmiah..Hal itu yang perlu diletakkan dalam proses berpikir pada anak didik kita,” tandasnya.
Dr. Muhammad Zain juga berpendapat untuk mewujudkan hal itu perlu kesiapan pada aspek.logistik, etik dan estetik. “Hanya dengan cara itu Indonesia bisa survive,” paparnya.
Ia juga menegaskan bahwa Indonesia sudah saatnya menerapkan pendidikan transformatif. “Apa itu? Perlu dicatat. Pertama adalah kesetaraan atau equality. Pendidikan itu harus menyetarakan dan tidak ada perbedaan. Kedua kesejahteraan, pendidikan itu untuk social opportinity. Ketiga pendidikan itu untuk pembangunan,” beber dia.
Kegiatan itu dibuka secara resmi Dr. Muhammad Zain yang direncanakan akan berakhir pada 22 Juni 2021. (Ibda).