MINGGAT
Barangkali ia pergi dengan puisi-puisinya
Mencari lampion kenangan, cerita masa silam, di kepalanya.
Hanya asal muasal ingatan yang ia pelihara
Tumbuh dan berimbun
Barangkali ia liburan dengan kenangan-kenangannya
Memeluk jejak perjalanan, kisah-kisah yang beterbangan
Seperti melayangkan dirinya sendiri ke masa lalu
Barangkali ia menemukan jalan memanjat hatinya
Kegelisaan yang terus menerus tumbuh
Sebagai lumut masa silam
- Iklan -
Sumenep, 2021
KISAH-KISAH YANG MENCARI KEBAHAGIAANNYA SENDIRI
Waktu beringsut seperti hujan yang tiba-tiba reda
Dan di halaman rumah, kita saling dipeluk dingin
Hingga tangan kita bersentuhan
Dan saling mengenal pelukan
Hanya dingin_ingin
Yang menjadi latar belakang kebahagiaan kita
Di seberang kisah-kisah kita yang lain
Atau di sela-sela rindu kita
Ingatan menjuntai kepala kita masing-masing
Jika kita kembali dipeluk dingin
Kerinduan akan mengalir ke setiap musim
Sumenep, 2021
SIRENE KESEDIHAN
Kau bayangkan kepedihan ini lebih lancip
Dari kepedihan masa kecilmu
Dingin berlapis-lapis malam ini
Dan tubuhku seperti dikoyak-koyak kesedihan
Kau lihat bagaimana kepalaku memainkan siul patah hati
Dan malam masih belum berlalu
Menumbuhkan pikiran-pikiran yang membosankan
Di seberang malam , atau di tepi kesepian yang benar-benar tak terpisahkan oleh waktu
Tubuhku seperti patah-patah memikul beban masa lalu
Sumenep, 2021
STANZA UNTUK AINUR JALIL RABBANI
1/
Terbanglah dengan sayap keyakinan
Dan gapailah segala cita
Walau di telapak kakimu adalah duri-duri
Yang menyentuh peta perjalanan
2/
Pergilah dengan hati yang menyala
Dengan pijar keyakinanmu
Menaiki tangga-tangga kehidupan
3/
Jika jalan itu selalu menutupi arahmu
Kesuksesan akan lahir di ujung waktu
Sumenep, 2021
MALAM MINGGU DENGAN KEKASIH
;Srryn
Kita jalan-jalan malam ini
Menghitung warna langit
Menyusuri panjang jalan
Kebahagiaan kita menjelma ruang yang terbungkus dari kisah
Juga lampion cerita yang menggelepar sebagai kenangan
Pada lirikan senyum manismu
Kutemukan sebuah lipatan kegembiraan
Memantulkan kerlap-kerlip warna ingatan
Menyentuh langit pikiranku
Malam seperti milik kita berdua
Yang gigih_dan berlumur ingatan
Giliyang, 2021
*Rahem, Lahir di Sumenep, 20 April 1999, aktif di Kelas Puisi Bekasi dan Komunitas Asap. Menjadi pendamping Sanggar Sareang Miftahul Ulum. Beberapa Puisinya terbit di koran dan antologi bersama, di antaranya: Harian Rakyat Sultra, Pikiran Rakyat, Kedaulatan Rakyat Mata Air Hujan di Bulan Purnama, Alumni Munsi II, Rumah Semesta, Berbisik pada Dunia, Pringsewu Kita, Jazirah II, Merindu Indonesia, Ketika tanpa Aku, Tanah Air Beta, Banjarbaru Rainy Day, Pandemi Puisi, Corona Pergi dengan Puisi, Gus Punk, Obor Peradaban Barus dan lain-lain. Bisa dihubungi melalui Facebook Rahem