Judul: Konsep Diri dan Komunikasi Antarpribadi
ISBN: 978-623-6769-66-9
Cetakan: I, Maret 2021
Tebal: 14 x 21 cm, ix + 241 Halaman
Penulis: Heni Suryani, S.Pd., M.Pd.
Diterbitkan: CV. Pilar Nusantara
Peresensi: Hamidulloh Ibda
Buku berjudul Konsep Diri dan Komunikasi Antarpribadi ini memberikan banyak memori yang harus saya segarkan. Salah satu memori itu ketika saya menulis buku Filsafat Umum Zaman Now beberapa tahun lalu. Di dalam buku saya, ada bagian bab yang sama seperti konsep diri dalam buku. Maka saya tertarik mengkaji buku ini karena mengajak pembaca untuk mengenal diri lewat konsep diri.
Penulis berlatar belakang pendidikan. Namun dengan sengaja memiliki tujuan penyusunan buku ini untuk memudahkan penulis juga para pembaca dalam memahami bagaimana tentang konsep diri dalam kehidupan sehari hari, umpan balik penilaian perbandingan sosial, konsep diri dalam konteks pendidikan, komunikasi pribadi sebagai sikap diri, kepribadian dan gangguan kecemasan yang kesannya cukup rumit sehingga menjadi lebih mudah dipahami juga sebagai referensi bagi para pembaca dalam membuka wawasan (hlm. v).
Perlu kita gali apa itu konsep diri secara komprehensif karena banyak makna yang akan kita dapatkan. Saya mencatat, ada beberapa manfaat mengenal konsep diri. Kita dapat mengenal diri lebih luas dan dalam, menemukan jati diri, hakikat diri, dan harga diri.
- Iklan -
Konsep diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap dirinya sendiri, yang mencakup seluruh dimensi dirinya seperti dimensi fisik, dimensi sosial, dimensi karakteristik pribadi, maupun dorongan-dorongan yang akan menentukan hubungan dengan orang lain, berdasarkan pada pengalaman yang akan menemukan tentang arti dari kehidupan dengan berdasarkan pada seluruh keadaan dirinya, yang pada aktualisasi diri ini akan menempatkannya pada konsep diri yang negatif ataupun positif (hlm 12).
Konsep diri merupakan peran kunci dalam keseluruhan kepribadian manusia, terutama dalam mendorong seseorang untuk bertingkah laku. Dorongan tersebut akan menjadikan alasan bagi individu untuk mengetahui lebih banyak mengenai diri mereka sendiri. Dari pertanyaan-pertanyaan tentang ”siapa diri saya” satu alasan yang dapat diterima untuk menjawab kesulitan jawaban tersebut bertolak dari sifat atau keadaan diri individu itu sendiri, yaitu bahwa manusia adalah makhluk yang sangat komplek atau rumit. Karena sebenarnya tidak ada satu orang manusiapun yang dapat mengetahui seluruh apa yang ada atau terjadi dalam dirinya secara cepat (hlm. 1).
Kompleksitas individu tersebut dikarenakan manusia adalah makhluk yang paling sempurna di antara makhluk-makhluk yang lain dan sekaligus mempunyai keunikan. Keunikan inilah yang membedakan antara individu yang satu dengan yang lainnya. Begitu pentingnya seseorang memahami tentang konsep dirinya, karana akan dapat membantu menetapkan perbedaan antara diri sendiri sebagai subyek dan diri sendiri sebagai obyek. Dualisme subyek-subyek ini, menggambarkan perbedaan-perbedaan yang sangat jelas, individu mempunyai ciri kesadaran untuk mengenal lingkungsnnya dengan baik.
Mengenal diri sendiri dengan baik, merupakan indikasi dari keadaan kepribadian positif seseorang, sedangkan keinginan menutup diri, adalah bentuk kepribadian yang negatif karena adanya rasa tidak percaya pada kemampuan diri sendiri. Diketahuinya keadaan diri ini, apabila terjadi proses interaksi dengan orang lain.
Oleh sebab itu komunikasi antarpribadi begitu penting, tetapi merupakan hal biasa karena merupakan kebutuhan. Proses interaksi dengan orang lain akan dapat menciptakan dampak tertentu pada orang yang bersangkutan, seperti munculnya gagasan-gagasan baru, ataupun reaksi perasaan-perasaan tertentu. Kegagalan maupun keberhasilan dalam berkomunikasi antar pribasi akan tergantung pada keadaan konsep diri masing-masing.
Buku ini merupakan suatu upaya sebagai bacaan yang mempunyai dan memperlihatkan wawasan yang bersifat menyeluruh dan memberikan wawasan baru dari banyak pengetahuan yang ada mengenai dasar secara teroretis, perkembangan, pengukuran ekspresi tingkah laku dari konsep diri dan komunikasi antarpribadi, penekanan pada pengaruh-pengaruh keluarga dan pada pengaruh dari konsep diri di dalam situasi belajar mengajar.
Penekanan dari pengaruh keluarga dan pengaruh pada konsep diri di dalam situasi belajar mengajar merupakan suatu fungsi dari minat penulis di dalam perkembangan anak dan proses mengajar, buku ini ditulis bagi kalangan pembaca yang utamanya berhubungan secara langsung dengan membesarkan dan mendidik anak-anak.
Buku ini juga untuk membantu memberi wawasan bagi pembaca yang senang menyaring jawaban-jawaban terhadap orang-orang yang ada masalah mengenai diri sendiri mengenai siapa diri kita dan dengan cara bagaimana kita menjadi individu-individu yang kita jalani. Tingkah laku manusia tidak semata-mata melalui kacamata semua orang yang mengamati dari luar, tetapi juga dan lebih penting lagi dari titik pandang subyeknya,yaitu individu sendiri yang bertingkah laku tersebut (hlm 3).
Penulis dalam buku ini mengajak pembaca tidak sekadar memahami konsep diri. Namun juga melakukan kontekstualisasi dengan hubungan antarpribadi yang menyaratkan sejumlah aspek. Pada halaman 6-9, penulis menyebut beberapa syarat tersebut.
Pertama, bersifat terbuka. Dalam komunikasi antarpribadi, bersifat terbuka merupakan konsep diri yang positif. Seorang yang berani terbuka pada orang lain berarti bahwa orang tersebut sudah mempercayai dan mengetahui pengalaman-pengalaman orang lain. Keterbukaan dalam komunikasi antarpribadi memberikan dampak positif seperti dapat memberikan penilaian karakter diri sendiri.
Kedua, percaya diri. Seorang yang memiliki konsep diri yang baik akan merasa percaya diri ketika berbicara dengan orang lain. Hal ini mencerminkan adanya hubungan konsep diri dengan komunikasi antarpribadi. Seorang yang memiliki konsep diri positif maka ia akan mampu menghadapi segala macam permasalahan dalam kehidupannya dengan penuh rasa percaya diri. Sedangkan seorang yang memiliki konsep negatif cenderung menghindari permasalahan yang dihadapi.
Ketiga, selektivitas. Dalam komunikasi, selektivitas merupakan upaya yang perlu dilakukan untuk mencegah kesalahpahaman. Selektivitas juga berhubungan dengan konsep diri dalam komunikasi antarpribadi. Adanya hubungan konsep diri mempengaruhi terpaan isi pesan yang selektif, ingatan yang selektif, pandangan terhadap isi pesan yang selektif.
Keempat, memotivasi diri. Seorang yang memiliki konsep diri yang positif ketika sedang berkomunikasi akan mempunyai cara untuk memotivasi dirinya sendiri dengan hal-hal yang positif. Sedangkan orang yang memiliki konsep diri yang negatif cenderung memotivasi dirinya dengan hal yang negatif. Misalnya, ketika kita mengerjakan sesuatu hal yang sulit. Konsep diri negatif akan memotivasi dirinya dengan “semua hal yang dilakukan itu sulit, kamu tidak akan mampu”. Maka orang tersebut tidak akan mampu menyelesaikannya. Begitu pula sebaliknya.
Kelima, meningkatkan pengetahuan diri. Komunikasi antarpribadi yang berhubungan dengan konsep diri memberikan manfaat yaitu dapat meningkatkan pengetahuan tentang diri sendiri. Orang yang berinteraksi biasanya dapat menilai dan memberikan evaluasi terhadap lawan bicaranya.
Keenam, harga diri yang merupakan wujud korelasi antara konsep diri dan komunikasi antarpribadi. Seorang yang telah mengetahui konsep dirinya negatif maka orang tersebut akan memperbaiki dirinya untuk menciptakan konsep diri yang positif agar dapat meningkatkan kualitas dirinya.
Ketujuh, kesamaan persepsi. Apabila seseoranga sudah dapat memahami konsep dirinya sendiri dan konsep diri oaring lain maka komunikasi akan berjalan dengan efektif. Memahami konsep diri berarti seseorang mampu menilai dirinya sendiri. Tujuan pembentukan konsep diri dalam komunikasi antarpribadi adalah untuk mencapai kesamaan makna persepsi.
Kedelapan, penilaian. Seorang yang memiliki harapan dalam hidupnya akan dapat menilai konsep dirinya. Penilaian dapat dilihat melalui pengukuran kemampaun seseorang untuk mencapai harapan -harapan yang telah dimilikinya.
Kesembilan, empati. Seorang yang memiliki rasa empati berarti orang tersebut telah memahami konsep diri antara dirinya dan konsep diri orang lain. Penilaian tersebut membangkitkan rasa empati seseorang saat melihat konsep diri yang negatif.
Kesepuluh, dukungan. Hubungan konsep diri dan komunikasi antarpribadi terwujud dari adanya dukungan dari orang lain. Jika seseorang memiliki pengetahuan tentang konsep diri baik negatif atau positif maka orang lain akan memberikan dukungan dengan tujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif. Dukungan dalam bentuk membantu orang untuk mengenali konsep dirinya sendiri.
Sepuluh aspek di atas tampaknya perlu kita perhatikan agar kita menjadi diri sendiri atau setidaknya mengenal diri sendiri. Ya, pada halaman 235, penulis juga memberikan penjelasan mengenal diri sendiri dengan baik merupakan indikasi dari keadaan kepribadian positif seseorang, sedangkan keinginan menutup diri adalah bentuk kepribadian yang negatif karena adanya rasa tidak percaya pada kemampuan diri sendiri.
Simpulannya adalah konsep diri yang berupa totalitas persepsi, pengharapan, dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri terbentuk berdasarkan proses belajar tentang nilai, sikap, peran, dan identitas yang berlangsung seiring tugas perkembangan yang diemban. Sedangkan komunikasi antarpribadi adalah pengembangan dalam penyampaian dan penerimaan pesan antara pengirim pesan (sender) dengan penerima baik secara langsung maupun tidak langsung (hlm. 237).
Penjelasan terkait hubungan-hubungan konsep diri dengan komunikasi antarpribadi yang ternyata sangat berkaitan satu dengan yang lainnya ini dapat mengantarkan kita menjadi lebih dekat dengan diri sendiri. Sebab, saya menyimpulkan, diri ini terkadang dihinggapi diri-diri yang lain sehingga kita gagal “menjadi diri sendiri”. Masalahnya, diri kita ini diri kita sendiri atau memang ada diri-diri yang lain?
-Peresensi adalah dosen dan Wakil Ketua I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan STAINU Temanggung.