Oleh Hilal Mulki Putra
Di zaman yang serba dimudahkan ini perkembangan ilmu pengetahuan semakai pesat dan perkembangan tegnologi semakain canggih semua informasi yang ingin diketahui bisa dengan mudah kita searching atau browsing. Tetapi mengapa majunya ilmu pengetahuan yang dibarengi semakin canggihnya tegnologi tidak berbanding lurus dan malah berbanding terbalik dengan merosotnya pemikiran serta kerusakan nilai karakter pada siswa di sekolahan pada umumnya.
Apakah ini merupakan kesalahan guru yang tidak bisa memberikan sistem pendidikan yang baik, atau malah kesalahan dari orang tua yang kurang memperhatikan perkembangan meliputi kognitif dan lain-lain dari buah hatinya atau malah memang kesalahan dari si siswa yang enggan untuk menerima ilmu dan mengamalkan ilmu yang telah diajarakan oleh guru dan orang tua sebagai sumber ilmu pertama dari mereka.
Pastinya setiap daerah memiliki masalah yang berbeda terkait kelakuan dari para siswanya. Tetapi dalam pandangan penulis sendiri hal seperti kemerosotan perkembangan kognitif siswa maupun nilai karakter siswa yang juga mengalami penurunan hampir semua instansi mengalami. Jika tidak mengalaminya mana mungkin Kemnetrian dan Kebudayaan menomorsatukan progam perkembangan nilai karakter siswa daripada hal yang monoton seperti pemberian niali kepada siswa yang dijadikan nomer dua, Hal demikian harusnya menjadi perhatian kita semua untuk kebaikan generasi bangsa ini mendatang.
- Iklan -
Dalam pandangan penulis sendiri yang juga berprofesi sebagai tenaga kependidikan disalah satu madrasah merasakan hal yang demikian. Dalam penelitian penulis sendiri hal demikian disebabkan oleh beberapa faktor yang akan penulis uraikan di bawah ini.
Siswa yang telah mengenal gadget yang mempunya dua sisi, seperti dua belah mata uang mempunyai dua hal positif dan negatif, positifnya siswa dengan mudah menemukan hal yang ingin dia pelajarai tetapi garis besarnya dalam hal ini siswa malah akan menjadikan internet sebagai ketergantuangan sehingga perkembangan kognitifnya akan terus menurun. Hal yang negatifnya siswa malah akan terbelokkan ke hal seperti hanya berselancar internet sehingga melupakan waktu terutama dapat menggangu waktu khusus belajar mereka.
Faktor selanjutnya adalah orang tua yang kadang kurang pengawasan sejauh mana perkembangan pola dan hasil belajar buah hatinya. Para orang tua hanya menaruh harapan besar kepada para guru yang diman para guru ini juga dalam waktu 24 jam tidak bisa mengawasi mereka sepenuhnya karena terkendala jarak dan waktu.
Faktor yang ketiga dalam pandangan penulis sendiri adalah kesalahan dari para guru yang kurang mengembangkan sistem pembelajaran mereka yang dapat secara tepat sasaran dapat diterapkan kepada siswa-siswanya. Hal ini penulis sampaikan bukan untuk menjelekan profesi tetapi penulis menuliskan demikian mengajak kepada semua pembaca terutama penulis sendiri dan teman-teman yang berprofesi sebagai tenaga kependidikan ikut membenahi diri dalam hal kegiatan pembelajaran dengan para siswanya masing-masing.
Permenag 2 tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter mengatur pada satuan pendidikan di bawah Kementerian Agama, baik Pendidikan Keagamaan tingkat dasar hingga Pendidikan atau Perguruan Tinggi Keagamaan. Sebagai contoh adalah Madrasah, dimana Madrasah adalah satuan pendidikan formal pada Kementerian Agama yang menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama Islam.
Peraturan Menteri Agama (PMA) No.2 Tahun 2020 Tentang Penyelenggaraan dan Penguatan Pendidikan Karakter atau yang disingkat PPK mempunyai tujuan menrapkan nilai-nilai karakter yang luhur sesuai dengan falsafah Pancasila serta nilai agama dalam lingkup .endidikan agama dan pendidikan keagamaan.
Penguatan nilai karakter pada siswa tidak hanya didukung oleh Kementrian Agama tetapi juga didukung oleh Kementrian Pendidikjan dan Kebudayaan. Dalam Permendikbud no.20 tahun 2018 dinyatakan bahwa Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah gerakan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi oleh hati,olah rasa, olah pikir, dan olahraga dengan pelibatan dan kerjasama antar satuan pendidikan, keluarha dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Revolusi Mental (GNRM).
Dalam pengamalan PPK yang dicetuskan oleh Permendikbud haruslah dilaksanakan dengan memperhatikan niali-nilai Pancasila dalam lima nilai karakter yang utama, meliputi : religious, nasionalisme, kemandirian, gotong royong dan intregitas yang telah terintregasi dalam kurikulum pendidikan.
Masalah dalam pendidikan kita yang telah penulis sebutkan seperti kesulitan mencapai perkembangan kognitif siswa yang maksimal dan merosotnya nilai karakter siswa dapat kita benahi dengan cara kita membenahi diri sebagai orang tua siswa yang berfungsi sebagai sekolah pertama sang anak dan guru madrasah atau sekolah sebagai pembimbing dan pendidik dilingkungan belajar formal para peserta didik. Beberapa metode yang penulis uraikan dibawah sesuai dengan kitab Adabul ‘Alim wal Muta’alim karahan Hadratussyaikh KH. Hasim Asy’ari.
Dalam kita Adabul ‘Alim wal Muta’alim karangan Hadratussyaikh KH. Hasim Asy’ari disebutkan bahwa guru haruslah mempunyai beberapa karakteristik,antara lain : (1) meluruskan niat, (2) memberikan perlakuan yang sama tanpa membeda-bedakan serta memberikan pertolongan yang adil kepada para peserta didik yang mengalami kesulitan, (3) memiliki rasa kasih sayang kepada para peserta didik, (4) mampu bertindak sebagi monitor artinya seorang guru harus bisa mengawasi tingkah laku serta semangat belajar para peserta didik. (5) seorang gru yang baik tidak menjelaskan materi yang seharusnya belum dipelajari oleh peserta didik yang dikhawatirkan akan memberatkan para peserta didik.
Selan hal yang diatas dalam pandangan penulis guru juga harus bisa memberikan evaluasi terhadap para muridnya yang diharapkan para peserta didik dapat mencapai kemampuan kognitif yang diharapkan meliputi : ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi dan menciptakan.
Selain meniciptakan perkembangan kognitif siswa tersebut diharapkan juga ketika para orang tua yang berfungsi sebagai sekolah pertama buah hatinya dan si guru yang berfungsi sebagai pembimbing dan pendidik di madrasah atau sekolah telah menerapkan demikian maka diharapkan nilai adab atau tata karma maupun dengan istilah nilai karakter siswa nasional dapat tercapai.
Untuk seputar adab murid kepada gurunya insyaAllah akan penulis kembali tuangkan dalam tulisan yang selanjutnya. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai sarana perbaikan karya berupa tulisan ke depan.
-Penulis adalah Mahasiswa STAINU Temanggung.