Oleh: Tafani
Gaya hidup merupakan gambaran atau cerminan tingkah laku, pola dan cara hidup yang ditunjukan bagaimana aktivitas seseorang, minat, ketertarikan serta apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri, sehingga dengan adanya gaya hidup ini dapat membedakan statusnya dari orang lain. Sedangkan bila dipandang dari sisi ekonomi, gaya hidup merupakan bagaimana seseorang tersebut dalam membelanjakan dan mengalokasikan waktunya.
Negara Indonesia merupakan salah satu negara di dunia, yang mana penduduknya itu mayoritas beragama Islam. Yang mana agama Islam telah memiliki kehidupan yang sesuai aturan-aturan yang telah ditentukan dalam agama Islam itu sendiri. Idealnya kita sebagai seorang muslim adalah seseorang yang senantiasa memiliki gaya hidup yang sesuai dengan aturan-aturan tersebut. Kesadaran akan pentingnya atura-aturan tersebut dalam kehidupan kita, kini berubah menjadi suatu gaya hidup yang kita kenal sebagai gaya hidup halal atau “halal lifestyle”.
Bulan suci Ramadan ini adalah waktu yang tepat bagi seorang muslim untuk senantiasa lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta Allah SWT. Segala kegiatan yang kita lakukan dianjurkan berupa kebaikan dan keberkahan baik bagi diri sendiri maupun orang lain di lingkungan sekitar tempat kita tinggal. Gaya hidup halal ini sejatinya tidak hanya tentang komsumsi saja, tetapi tentang penampilan, keuangan, kesehatan dan lain-lain. Gaya hidup halal dalam hal konsumsi artinya melakukan konsumsi yang sesuai dengan prinsip ajaran Islam. Dan tentunya prinsip tersebut sesuai dengan ajaran dalam ayat suci Al-Quran.
- Iklan -
Ada empat prinsip gaya hidup halal yang dapat kita terapkan di bulan Ramadan saat pandemi ini, diantaranya: pertama, Prinsip Syariah. Agama Islam sangat menjunjung tinggi kebersihan, maka wajib bagi kita untuk memperhatikan kebersihan saat akan mengkonsumsi suatu makanan. Tidak hanya itu, konsumsi bagi umat Islam itu tidak hanya tentang sebuah kepuasan melainkan sebagai ibadah dalam rangka mendekatkan diri agar mendapatkan Ridha Allah SWT.
Makanan yang kita konsumsi pastinya harus sehat sekaligus memiliki nilai manfaat tidak mengandung kemadharatan. Bulan Ramadan di tengah pandemi ini juga kita sangat dianjurkan untuk mengkonsumi buah-buahan dan sayuran karena selain menahan dari lapar dan dahaga kita juga harus tetap meningkatkan imunitas tubuh kita agar senantiasa tetap terhindar dari virus Covid’19. Hal ini dikarenakan buah memiliki zat mikro nutrien berupa vitamin dan mineral yang sangat tubuh kita butuhkan meskipun dalam jumlah sedikit.
Kedua, Prinsip Kuantitas. Ajaran dalam agama Islam sangat mengedepankan kesederhanan dan tidak bermewah-mewahan. Begitupun dalam konsumsi, hal tersebut harus kita hindari, karena kebiasaan tersebut sangat jauh dari nilai-nilai syariah agama Islam. Dalam segi konsumsi agama Islam terkenal dengan sunah_Nya Rasulullah SAW bahwa makan itu ketika lapar dan berhenti makan sebelum kenyang. Sunah tersebut dapat kita terapkan di bulan suci saat pandemi ini, karena ketika kita makan terlalu kenyang bukan menjadi tenaga untuk semangat dalam beraktivitas. Tetapi, hanya akan membuat kita malas-malasan.
Sedangkan di masa pandemi ini kita dituntut untuk bisa memberdayakan diri dan tidak bergantung kepada orang lain agar apapun keadannya kita akan senantiasa mampu menghadapinya. Ketika melakukan kegiatan konsumsi juga kita harus menyesuaikan dengan kebutuhan dan harta yang kita punya. Artinya kita harus menyeimbangkan antara pengeluaran untuk konsumsi dan pendapatan.
Ketiga, prinsip prioritas. Ketika melakukan konsumsi juga kita harus memperhatikan mana yang menjadi prioritas untuk didahulukan dan dipenuhi, misalnya makan buah-buahan dan sayuran lebih penting daripada kita mendahulukan hobi kita dalam menngkomsumsi makanan pedas atau makana-makanan mewah lainnya. Namun perlu kita ingat juga, bahwa harta yang kita miliki ini ada sebagian harta orang lain yang membutuhkan. Bersedekah ini banyak dilakukan orang-orang di bulan suci ini dalam rangka memperbanyak pahala kebaikan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Bula suci yang bertepatan dengan pandemi ini sebenarnya masih banyak orang di sekitar kita yang kesulitan untuk makan sahur, dan buka puasa. Hal ini terjadi karena banyak orang yang terkena dampak pandemi Covid’19 yaitu kehilangan pekerjaannya. Maka seyogyanya kita sebagai seorang muslim untuk membantu saudara kita diluar sana yang membutuhkan.
Keempat. Prinsip Moralitas. Prilaku konsumsi kita sebagai seorang muslim harus sesuai adab dan etika yang telah disunahkan oleh Rasulullah SAW. Yaitu untuk mengonsumsi barang atau rezeki harus didapatkan dengan cara yang baik dan halal. Ajaran Islam juga memiliki etika untuk senantiasa tidak mencela makanan yang kita konsumsi. Ajaran Islam menuntut kita untuk menjadi pribadi-pribadi yang terbentuk tidak hanya puas secara konsumtif namun juga harus menciptakan kepuasan kreatif yang dapat menghasilkan kepuasan dalam produktif.
Kejenuhan saat pandemi ini jangan menjadikan sebuah alasan untuk menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan. Sejatinya bahwa harta atau apapun yang kita miliki dapat menjadi sebuah nikmat dan dapat menjadi sebuah bencana juga. Semuanya tergantung niat, apabila harta tersebut digunakan sesuai dengan apa yang dicintai Allah maka akan mendapatkan nikmat dan pahala di dunia dan akhirat. Harta yang kita dapatkan dengan taat kepada Allah (halal) dan dibelanjakan di jalan Allah itulah sebaik-baiknya harta.
Sebaliknya, harta yang kita dapatkan jauh dari nilai-nilai Islam itulah seburuk-buruknya harta.
Maka dari itu marilah kita selaku umat Islam untuk lebih mengutamakan gaya hidup halal, salah satunya dalam melakukan konsumsi sesuai dengan prinsip konsumsi Islam. Agar di bulan suci Ramadan saat pandemi ini kita akan mendapatkan ketentraman dalam hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak.
– Mahasiswi Pendidikan Kimia UIN Sunan Kalijaga