Oleh Hamidulloh Ibda
Maju dan mundurnya LPS tidak tentukan pihak eksternal, melainkan pihak internal. Maka dari itu LPS perlu melebarkan sayap dengan desain tiga aspek. Pertama, bidang organisasi dan manajemen. Organisasi bernama LPS ini menurut saya serba lengkap. Ia tidak sekadar pengembangan bakat dan minat. Namun juga pada pengembangkan penalaran, seni, budaya bahkan olahraga.
LPS menjadi tempat diskusi, debat, seminar, meneliti, selain tugas utama memproduksi karya tulis jurnalistik, karya tulis ilmiah, karya sastra dan karya digital. Siswa dapat belajar manajemen. Bisa manajemen waktu, kepemimpinan, utamanya manajemen keredaksian. Di LPS, pelajar dapat menemukan dan mengembangkan potensi-potensi tersebut.
Kedua, bidang pendidikan dan pelatihan. Selain bidang di atas, poin penting dari LPS adalah membuat pendidikan dan pelatihan atau Diklat. Banyak Diklat dapat dilakukan. Mulai dari Diklat penulisan karya-karya di atas, diklat mutu SDM, Diklat penelitian dan Diklat teknis lainnya yang memperkuat mutu siswa di bidang pers, jurnalistik, media dan dunia publikasi ilmiah.
- Iklan -
Ketiga, bidang publikasi dan media. LPS dalam bidang ini dapat melebarkan sayap publikasi semua jenis karya. Paling penting lagi, LPS harus memiliki media sendiri. Mulai dari media massa cetak/digital, media sosial, media digital atau media baru yang kini sedang membahana.
Keempat, bidang kerjasama antarlembaga. LPS harus mendapuk perusahaan pers, lembaga profesi pers seperti PWI, AJI, ITJI, dan juga komunitas blogger, youtuber dan lainnya.
Kelima, bidang usaha. Oil dari LPS ada dana. Dapat berupa bisnis internal atau eksternal. Misal LPS membuat percetakan. Ini potensi besar. Juga dapat menggelar pelatihan, lokakarya atau sejenisnya yang muaranya pada writerpreneurship.
Penguatan LPS tidak sekadar tugas guru Bahasa Indonesia dan Kepala Madrasah/Sekolah. Namun tugas semua elemen. Karena harus disinergikan pula dengan organisasi siswa yang lain. Seperti OSIS, IPNU-IPPNU, Pagar Nusa dan lainnya. Artinya, LPS menjadi bagian penting yang harus dibentuk dan dihadirkan di madrasah/sekolah.
Dengan adanya LPS, gerakan literasi menjadi riil adanya. Bukan hanya pada tataran kurikulum dan mata pelajaran yang kadang hanya formalistik simbolis. Maka urgensi menghadirkan LPS di lembaga pendidikan adalah seratus persen.
Dari semua bidang itu poin pokoknya pada konsistensi atau istikamah. Membangun LPS yang bernas butuh perjuangan. Dibutuhkan SDM, mentor, jaringan, dana, kebijakan dan juga arah yang jelas. Meski ini tingkat pelajar namun tidak menutup kemungkinan LPS justru mentraining para guru dan masyarakat. Bukan tidak mungkin dan khayal. Namun sangat riil.
Lalu, kapan kita akan menggerakkan LPS di madrasah/sekolah?
–Pembimbing Jarak Jauh LPS Cendekia MA. Manahijul Huda, Dewan Pengawas Lembaga Penyiaran Publik Lokal (LPPL) Temanggung TV, Ketua Bidang Media Massa, Hukum dan Humas Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah, Wakil Ketua I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan STAINU Temanggung.