Oleh Hamidulloh Ibda
Judul tulisan ini sengaja saya beri tanda “” agar tidak disebut sebagai klaim ilmiah. Kata bangkit bisa bermakna dua; berawal dari tidur, terpuruk, ambruk, atau bisa setengah tegak lalu bangkit dengan sempurna. Tak terkecuali juga Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS).
Tipologi lembaga pendidikan swasta itu hanya dua. Jika maju ia dapat melampaui yang negeri. Tapi sebaliknya jika stagnan, ia jauh tertinggal dibandingkan dengan lembaga pendidikan negeri. Sebab, saat ini sudah terbukti beberapa SD dan SMP negeri tutup karena muridnya tersedot di sekolah dan madrasah swasta yang lebih maju.
Artinya masyarakat sudah terbuka mata dan hatinya bahwa madrasah, sekolah dan kampus swasta jauh lebih berkualitas daripada yang negeri. Lalu, bagaimana jika kampus swasta? Tentu beragam varian.
- Iklan -
Fenomena PTKI
Di akhir 2020 lalu, ada Penganugerahan Apresiasi Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Adiktis) Kementerian Agama (Kemenag) 2020, Kamis 31 Desember 2020. Ada 15 PTKI yang mendapatkan penganugerahan.
Pertama, kategori BLU Terbaik diraih oleh UIN Sunan Kalijaga. Kedua, ketegori PTKI Pelaporan PD Dikti Terbaik, diraih oleh UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Ketiga, kategori PTKI Skor Green Kampus Tertinggi, diraih oleh UIN Raden Intan Lampung.
Keempat, kategori PTKI Tatakelola SBSN Terbaik lima tahun terakhir, diraih oleh UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Kelima, kategori PTKIS dengan inovasi layanan Rintisan Smart/Digital Kampus, diraih oleh IAI Bunga Bangsa Cirebon. Keenam, kategori PTKI dengan predikat WBK, diraih oleh IAIN Salatiga.
Ketujuh, kategori PTKI dengan Perpustakaan berjenjang Internasional, diraih oleh UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kedelapan, kategori PTKI dengan persentase Akreditasi Prodi A/Unggul terbanyak, diraih oleh UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Kesembilan, kategori PTKI Prodi bersertifikat AUN-QA terbanyak, diraih oleh UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kesepuluh, kategori PTKI dengan Profesor terbanyak, diraih oleh UIN Syarif Hidyatullah Jakarta. Kesebelas, kategori PTKI dengan mahasiswa asing terbanyak, diraih oleh UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Keduabelas, kategori PTKI mahasiswa berprestasi internasional terbanyak, diraih oleh UIN Walisongo Semarang. Ketigabelas, kategori PTKI dengan Pemilik Hak Kekayaan Intekrual (HaKI) terbanyak, diraih oleh UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Keempatbelas, kategori PTKI Jurnal bereputasi terbanyak, diraih oleh UIN Syarif Hidyatullah Jakarta. Kelimabelas, kategori PTKI dengan rintisan service learning dalam pengabdian kepada Masyarakat yang inovatif, diraih oleh UIN Alauddin Makassar.
Jika dilihat fenomena PTKI yang mendapat penganugerahan masih didominasi kampus negeri. Apakah PTKIS sudah “tak berdaya” atau “kembang-kempis?”
Menanti “Kebangkitan”
Kebangkitan yang saya maksud di sini adalah dari dalam dan dari luar. Skema kebangkitan pun banyak ditulis berbagai guru besar dan pakar sesuai bidangnya. Tapi pada kenyataannya, PTKIS ibarat “mati enggan, hidup susah”.
Maka sebenarnya, langkah untuk bangkit harus mengetahui posisi PTKIS; sedang, tengah, unggul. Jika sedang dan tengah, cukup fokus memenuhi Standar Nasional Pendidikan Tiggi, Tridharma Perguruan Tinggi, dan menggenjot kenaikan nilai atau peringkat akreditasi BAN-PT.
Jika PTKIS sudah unggul, harusnya melakukan lompatan-lompatan di luar bahkan di atas Standar Nasional Pendidikan Tiggi, Tridharma Perguruan Tinggi, dan akreditasinya tak cukup BAN-PT. PTKIS semacam harus melakukan lompatan akreditasi internasional seperti CHEA (Council for Higher Education Acation), Dublin Accord, EQAR (European Quality Assurance Register for Higher Education), Sydney Accord, USDE (United States Department of Education), ASEAN University Network-Quality Assurance (AUN-QA), APQR (Asia Pacific Quality Register), Washington Accord, WFME (World Federation of Medical Education) dan lainnya.
Kebangkitan ini bukan sekadar tataran Tri Dharma Perguruan Tinggi. Namun harus menyasar pada kegiatan dan program di luar standar. Sebab, untuk mencapai Good University Governance bukan perkara mudah. Ada pendapat lain?
–Penulis adalah Wakil Ketua 1 Bidang Akademik dan Kemahasiswaan STAINU Temanggung.