Oleh : In’am Al-Fajar, S.Pd.I
Mata pelajaran sejarah agaknya kurang digemari siswa. Karakter pelajaran yang berisi peristiwa, nama tokoh, tempat, angka, dan tahun menyebabkan pelajaran ini cukup jlimet. Tak jarang, oleh siswa pelajaran sejarah dianggap serumpun dengan pelajaran ‘berat’ lain. Seperti matematika, geografi, kimia, fisika dan biologi.
Padahal terang mata pelajaran sejarah termasuk pelajaran penting. Bung Karno dalam perayaan HUT RI ke-21 pada 17 agustus 1966 mewanti semboyan terkenal ‘jas merah’. Jangan sekalipun melupakan sejarah. Dengan sejarah, seorang dapat memahami jati diri bangsanya. Menghargai jasa pahlawan dan mengikuti suri teladan pendiri bangsa. Dari sini keberadaan pelajaran sejarah jadi amat berharga.
Tujuan mempelajari sejarah tentu tak berhenti pada sekedar tahu dan paham. Lebih dari itu, lewat kita sejarah kita diharap mampu mengambil ibrah atau pembelajaran dari masa sebelumnya. Bagaimana cara orang terdahulu meraih kejayaan. Mengapa pula tak sedikit dari mereka yang mengalami gagal dan kemunduran. Semua dipelajari agar terambil hikmah untuk menghadapi tantangan kehidupan masa kini.
- Iklan -
Kurang menariknya pelajaran sejarah di mata siswa adalah pekerjaan rumah bagi guru sebagai pengampu pembelajaran. Materi sejarah adalah fakta. Tak lagi bisa diubah. Bagian yang dapat diusahakan adalah menyajikan kemasan sejarah semenarik mungkin. Selaiknya, guru mencari metode terbaik agar pembelajaran sejarah mampu menggembirakan siswa. Berikut ini beberapa metode sederhana pembelajaran sejarah, yang menurut penulis cukup menyenangkan. Berdasar praktek lapangan, di tempat Khidmah penulis, MI Ma’arif Klesman Wonosobo.
Tembang Sejarah
Metode tembang atau bernyanyi merupakan metode pembelajaran yang menggunakan syair-syair dalam pembelajaran. Syair yang digunakan disesuaikan dengan materi yang diajarkan oleh guru. Disebutkan sementara ahli pendidikan, metode menyanyi terbilang efektif. Sebab setidaknya mengandung tiga ranah yakni emosi, nada dan gerak. Dari sini menyanyi adalah hal mengembirakan bagi siapa saja.
Di MI Ma’arif Klesman Wonosobo, penulis mencoba membuat tembang mata pelajaran sejarah kebudayaan islam untuk kelas 4,5 dan 6. Hasilnya cukup menggembirakan. Tembang ini membuat siswa jatuh hati pada pembelajaran sejarah. Mereka bernyanyi. Bahkan tak sedikit dari mereka yang hafal. Mereka hafal dengan karena rasa suka. Bukan atas tuntutan guru.
Biasanya tembang dibaca pada awal dan akhir pembelajaran. Siswa dengan kompak membaca tembang. Membaca tembang sejarah sebelum memulai pembelajaran termasuk apersepsi menyenangkan. Karena berbentuk lagu, siswa riang dalam mengingat pembelajaran sebelumnya. Sebagai variasi, guru dapat membagi kelas dalam 2 kelompok. Lagu dibaca secara sambung menyambung antar kelompok. Atau guru versus siswa saling sambung.
Kelas jadi semarak kala pembelajaran sejarah berlangsung. Siswa dengan semangat menyanyi lagu sejarah, mulai dari sifat wajib rosul, hijrah Habasyah, Hijrah Thaif, Hijrah Yastrib, Khulafaur Rasyidin dan lagu lainnya.
Peta Pikiran
Peta pikiran atau mind mapping adalah metode cepat untuk mengingat materi sejarah. Lewat peta pikran, siswa dapat mempelajari materi sejarah dengan sistematis dan runtut.
Agar lebih menyenangkan siswa dibebaskan mengeluarkan kreasi dalam membuat peta pikiran. Kreasi mindmapping dapat berbentuk gambar, hingga coretan warna-warni.
Watching Film
Menonton film tentu hal yang asyik. Lewat menonton siswa tak hanya belajar secara auditori, tapi visual. Terlebih jika alur film yang ditonton menarik, waktu berjam tak terasa berjalan.
Dalam pembelajaran sejarah, kita dapat memanfaatkan media film sebagai teman belajar siswa. Tentunya, film yang kita hadirkan sesuai dengan materi yang sedang dipelajari. Kita bisa mencari film lewat media seperti youtube atau kanal video lainnya. Disana berderet film yang dapat dipilih. Sebelum kegiatan menonton mulai, guru memberi arahan. Sinopsis singkat isi film, tujuan menonton, hingga tugas yang dikerjakan selama film berlangsung. Arahan ini penting agar siswa fokus sepanjang kegiatan.
Tanya jawab berantai
Tanya jawab berantai masuk kegiatan apersepsi. Maka bahan pertanyaan ini berasal dari materi yang sudah dikuasi siswa. Usai guru mengucap dan memberi motivasi, tanya jawab berantai bisa dilangsunkan. Guru membuka kegiatan dengan melempar pertanyaan.
Nah, disini guru bisa memberi variasi dengan memilih siswa secara acak. Semisal menerbangkan pesawat kertas di kelas. Kepada siapa pesawat itu mendarat. Ia lah yang bertugas menjawab pertanyaan. Jika siswa menjawab benar, ia diperkenankan menerbangkan pesawat dari tempat duduknya. Namun bila jawaban belum tepat, siswa diminta menerbangkan pesawat dari depan kelas.
Kemana pesawat kertas itu kemudian mendarat. Ia lah yang menjadi penjawab dari pertanyaan yang kini dibuat oleh siswa penerbang pesawat. Dan begitu seterusnya, hingga guru merasa cukup.
Kartu Pasangan
Kegiatan kartu pasangan masuk dalam kategori inti pembelajaran. Disini ada proses penguatan materi. Tentu dalam suasana menggembirakan. Kegiatan ini bisa dilakukan usai guru mengajak siswa mempelajari satu materi. Sebagai penguatan, disini kartu pasangan berperan.
Terlebih dahulu guru menyiapkan kartu-kartu. Bisa dalam bentuk kertas warna-warni, agar lebih menarik. Kertas tersebut dipotong kecil sekira dapat memuat tulisan untuk pertanyaan dan jawaban. Satu warna digunakan sebagai kertas pertanyaan. Warna lain sebagai kertas jawaban. Guru membuat kertas tanya jawab ini sejumlah anggota kelas. Kegiatan ini melibatkan seluruh anak dan dilakukan secara out dor semisal di halaman Madrasah.
Metode Sosio Drama
Metode sosio drama adalah metode mengajar yang mendramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem, agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dari suatu situasi sosial.
Banyak peristiwa sejarah Islam yang dapat disampaikan lewat metode ini. Semisal peristiwa peletakan kembali hajar aswad ketika Rasulullah Saw berusia 35 tahun. Bagaimana kebijaksanaan Rasul dalam mencegah tersulutnya pertikaian antar kabilah ketika itu. Ajak beberapa siswa untuk ke muka kelas. Siapkan kain, dan minta tiap siswa untuk memegang ujung kain. Beri arahan bagi perwakilan siswa tersebut, sembari guru menutur kisah. Terakhir, sampaikan kesimpulan dari peristiwa yang telah diperagakan tersebut.
-Penulis adalah guru Sejarah Kebudayaan Islam di MI Ma’arif Klesman Wonosobo.