Oleh: Al-Mahfud
Kita sudah memasuki bulan Agustus. Bulan bersejarah bagi bangsa Indonesia. Tepat di bulan inilah, 75 tahun lalu, bangsa ini memproklamasikan kemerdekaan dan lahir sebagai sebuah bangsa berdaulat. Momen menyambut peringatan hari kemerdekaan adalah momen memutar rekam sejarah perjuangan bangsa: tentang pengorbanan para pejuang, semangat persatuan dalam mengusir penjajah, hingga kesadaran untuk saling menghormati di tengah perbedaan sebagai landasan mendirikan sebuah bangsa.
Momen menyambut peringatan hari kemerdekaan selalu membawa kita kembali pada kesadaran tentang nilai-nilai penting yang menjadi landasan dan karakter bangsa Indonesia sejak lama tersebut: pantang menyerah, gotong royong, kebersamaan, persaudaraan, dan semangat saling menghormati.
Bagi umat Islam di Indonesia, nilai-nilai tersebut turut menjadi bagian dari semangat yang mesti dikedepankan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Umat Islam di Indonesia berkewajiban tak hanya merekatkan dan menjaga persaudaraan sesama umat Islam, namun juga persaudaraan sesama warga bangsa. Demi persatuan dan kesatuan bangsa, kita wajib menjalin hubungan baik dengan semua warga bangsa, apa pun agamanya. Hubungan baik tersebut dijalin dengan terus mengendepankan sikap saling menyayangi, menghormati, dan juga peduli atau tolong-menolong.
- Iklan -
Hubungan baik antarsesama warga bangsa yang berbeda agama ini sangat penting, terlebih bagi bangsa majemuk seperti Indonesia. Kita tahu, bangsa ini terdiri dari masyarakat yang beragam, baik suku, agama, ras dan sebagainya. Untuk bisa tetap menjaga keutuhan, keragaman tersebut mesti dilindungi agar masing-masing bisa tetap eksis, hidup rukun berdampingan dan saling menghormati, demi terciptanya kehidupan masyarakat yang aman, tentram, dan damai.
Tanggung jawab menjaga persaudaraan sebangsa ada di pundak semua umat beragama di Indonesia. Masing-masing pemeluk agama mesti sadar bahwa mereka hidup di Indonesia, sebuah bangsa yang mengakui perbedaan dan melindungi keragaman. Sebuah bangsa dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Oleh karena itu, tidak dibenarkan jika ada umat beragama di Indonesia bersikap ekstrem dengan mengganggu, menyerang, atau melukai umat beragama yang lain.
Umat Islam yang secara jumlah paling besar dibanding umat beragama lainnya di Indonesia harus bisa menjadi teladan atau contoh tentang bagaimana umat beragama yang memegang teguh komitmen persaudaraan bangsa. Sebagai mayoritas yang sangat berpengaruh terhadap dinamika kehidupan bangsa, umat Islam di Indonesia memiliki tanggung jawab besar membangun dan menjaga kerukunan sesama warga bangsa. Dengan begitu, berkah Islam sebagai agama Rahmatan Lil Alamin bisa benar-benar terpancar dan menyinari seluruh kehidupan bangsa.
Tantangan
Akan tetapi, harus diakui semangat persaudaraan kebangsaan tersebut kerap mendapatkan tantangan ketika muncul isu-isu yang mendorong ikatan solidaritas keagamaan. Misalnya, berbagai bentuk tragedi kekerasan, penindasan, dan ketidakadilan yang menimpa umat Islam di berbagai belahan dunia. Seperti di Palestina, Irak, India, Uighur China, Myanmar, dan sebagainya. Betapa itu semua akan dengan mudah menggerakkan umat Islam di Indonesia untuk menggalang bantuan, dukungan, dan gerakan-gerakan solidaritas keagamaan.
Jelas, tidak ada yang salah dengan gerakan solidaritas keagamaan. Malahan, itu bentuk kepedulian sesama agama yang wajib dilakukan. Akan tetapi, gerakan solidaritas keagamaan harus tetap menjaga persaudaraan sesama warga bangsa. Sebab, tak jarang gerakan solidaritas keagamaan rentan diprovokasi pihak atau kelompok yang tak bertanggung jawab. Dengan menyebarkan provokasi, hoaks, bahkan fitnah, kelompok-kelompok tersebut memanfaatkan gerakan solidaritas umat Islam untuk menciptakan permusuhan dengan umat agama lain, sehingga memantik pertikaian, bahkan kekerasan dan kerusuhan.
Fitnah, provokasi, dan hoaks yang disebarkan bisa dengan cepat membuat keadaan menjadi keruh: merubah gerakan yang awalnya damai menjadi rusuh dan menjurus pada kerusuhan dan kekerasan. Gerakan-gerakan yang awalnya menyuarakan isu ketidakadilan secara damai, jika tercemar provokasi dan hoaks bisa tiba-tiba berubah menjadi tindakan anarkis, mengumbar ujaran kebencian, bahkan menjalar menjadi konflik agama atau sektarian. Ketika ini terjadi, orang bisa dengan mudah melakukan kekerasan karena perbedaan agama.
Oleh karena itu, gerakan solidaritas keagamaan harus tetap berdasarkan pikiran jernih, tetap menjaga komitmen persaudaraan kebangsaan. Solidaritas keagamaan jangan terbingkai secara sempit dan melupakan persaudaraan kebangsaan. Gerakan-gerakan solidaritas keagamaan tak boleh gampang ditunggangi dan diprovokasi, sehingga malah menciptakan perpecahan bangsa. Pendek kata, solidaritas keagamaan tak boleh merobek tali persaudaraan kebangsaan. Identitas sebagai warga negara sekaligus umat beragama harus diperjuangkan bersama secara selaras, harmonis, tanpa harus mengorbankan satu sama lain.
Merawat Persaudaraan
Agar gerakan-gerakan solidaritas keagamaan tak mudah diprovokasi ke hal-hal negatif yang mengancam keutuhan bangsa, sangat penting bagi setiap umat beragama merawat persaudaraan kebangsaan. Untuk merawat dan menguatkan persaudaraan bangsa, ada beberapa hal penting yang harus diupayakan.
Pertama, mengingat dan meresapi memori sejarah. Tak bisa dipungkiri salah satu hal yang bisa mengikat kita dalam satu perasaan kuat—meski kita berbeda-beda–sejak lama adalah adanya kesamaan nasib: sama-sama berjuang untuk mengusir penjajah. Sejarah perjuangan seluruh suku dan agama di Indonesia untuk merdeka dan menjadi satu bangsa dalam naungan NKRI adalah memori kolektif yang indah, yang harus terus dijaga nyala spiritnya, agar kita selalu ingat akan pentingnya menjaga persatuan dan persaudaraan.
Bahwa hanya dengan bersatu, kita menjadi kuat. Dan persatuan tersebut mesti terus dipupuk dengan sikap saling menyayangi, saling menghormati, dan saling menolong meski hidup dalam perbedaan.
Kedua, menjaga kerukunan antarumat beragama. Ini poin penting dalam membangun persaudaraan bangsa. Sebab, kita adalah bangsa yang berketuhanan atau beragama, di mana agama memegang pengaruh sangat kuat di masyarakat Indonesia. Artinya, jika hubungan antarumat beragama di Indonesia harmonis, maka besar kemungkinan hubungan antarsesama warga bangsa juga terjalin harmonis.
Dengan menjaga spirit sejarah tentang persatuan melawan penjajah, ditambah komitmen menjaga kerukunan antarumat beragama yang terus dijaga, maka bangsa ini akan memiliki benteng dan perisai yang kuat untuk tetap bersatu dan abadi dalam bingkai NKRI.
*Al-Mahfud, penulis, lulusan STAIN Kudus.