Oleh: Anisa Rachma Agustina
Dakwah menurut KBBI merupakan penyiaran, propoganda, penyiaran agama dan pengembangannya dikalangan masyarakat, seruan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama. semenjak adanya pandemi yang berkepanjangan yang belum tau kapan akan berakhir semua aktifitas yang mengumpulkan banyak masa sementara dibekukan, salah satunya aktifitas dakwah seperti pengajia, kajian, yasinan, tahlilan, diba’an, bahkan karena sekolah juga di liburkan dan diganti dengan sekolah virtual, para santri di TPQ juga diliburkan, padahal banyak santri yang bergantung pada TPQ, banyak diantara para santri harus libur mengaji karena adanya pandemi ini. Hal ini membuat dilema tersendiri untuk orang tua dan anak, orang tua yang sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan masih harus mengajari putra-putri mereka tugas yang amat banyak, sedangkan tidak semua orang tua memahami esensi dari mata pelajaran. Orang tua yang menyerahkan pendidikan BTQ pada guru ngaji juga harus membagi waktu dengan ekstra supaya anak-anak mereka tetap bisa menjalankan rutinitas belajar membaca Alquran.
Sejak pemerintah mecanangkan era new normal, meskipun belum semua kembali seperti semula, tapi semangat untuk belajar bagi para santri baik di TPQ maupun pondok pesantren, dan bagi para Ust. Dan kiai kembali memunculkan spirit tersendiri untuk kembali berdakwah. Kembali menyiarkan agama ke pelosok negeri setelah beberapa bulan vakum. Untuk para pendakwah yang mengerti akan teknologi akan memanfaatkan media komunikasi yang sedang berkembang pesat, meraka akan menggungah video dakwah mereka ke akun media sosial, sebagai salah satu cara dan upaya untuk berbagi ilmu meskipun tidak bertatap muka. Untuk para generasi milenial mungkin sudah sangat familiar dengan dakwah-dakwah di kanal yuotube maupun potongan ceramah di instagram.
Namun untuk anak-anak dan para orang tua yang belum mengerti akan teknologi ini merupakan masa dimana mereka vakum mendengarkan dakwah, pengajian yang biasanya diadkan rutinan, yang diampu oleh kiai dan juga ust. Setiap minggu harus diliburkan, sementara mereka hanya bisa mendengarkan dakwah dari televisi yang tak jarang menggulang siaran dakwahnya, tidak selalu update dan live.
- Iklan -
Tantangan Dakwah
Berbagai hambatan yang dihadapi para pendakwah dalam menyampaikan ajaran agama islam saat pandemi adalah pertama, keterbatasan dan larangan untuk mengumplkan banyak masa, sedangkan pengajian yang biasanya dilaksanakan bisa dihadiri puluhan, ratusan hingga ribuan orang, adanya pandemi ini membatasi semua gerak salah satunya kegiatan pengajian dan dakwah.
Kedua, saat pandemi TPQ tutup total, karena anjuran untuk tidak mengadakan perkulpulan, sekarang ketika era new normal dicanangkan dan sudah banyak yang beradaptasi ada sebagian TPQ yang belum memulai aktifitasnya, karena bergantung dari kebijakan daerah masing-masing. Sedangkan TPQ merupakan lembaga dakwah yang targetnya adalah anak-anak, banyak anak yang bergantung dengan TPQ, bahkan banyak anak yang tidak mengaji dan tidak mau bertadarus ketika TPQ belum di buka. Anak-anak hanya menghabiskan waktu mereka untuk bermain dan bermain, mereka enggan untuk belajar, hanya sekitar 45% anak yang mempunyai minat dan keinginan untuk belajar, sedangkan yang 55% mereka belajar hanya untuk mengerjakan tugas dari gurunya.
Ketiga, karena semua perkumpulan belum diizinkan termasuk jamaah yasin dan tahlil di setiap dusun, belum bisa beroprasi dengan maksimal, seorang pemuka agama atau pendakwah biasanya menyampaikan dan menyelinapkan ajaran agama dan pesan saat ada perkumpulan entah itu bapak-bapak, ibu-ibu, maupun remaja. Vakumnya berbagai aktivitas ini membuat para pendakwah harus memutar otak untuk tetap berbagai ilmu meskipun tidak dalam sebuah forum.
Keempat, Jika tidak bisa memfilter guru, kita akan terjebak pada perasaan ingin menang sendiri dan benar sendiri. Memilih guru menjadi sangat penting karena dari beliau kita akan belajar banyak. Ketika kita belajar melalui media sosial sembelum kita menentunkan guru mana yang akan kita ikuti lebih baik kita menelisik sanad keilmuan beliau terlebih dahulu, supaya kita tidak terjerumus pada aliran keras yang mudah membid’ahkan dan mengkafirkan.
Kelima, materi yang disampaikan sama tetapi pengajian dengan tatap muka akan memperoleh rasa yang berbeda. Jika kita menghadiri sebuah pengajian dimana kita bertatap muka dengan pendakwah, meskipun jarak kita dengan pendakwah jauh, namun makna yang disampaikan sangat mengena.
Tidak semua orang dapat menggunakan media informasi dan komunikasi. Orang-orang tua yang tidak bisa menggunakan media sosial akan susah menerima dan mencari pengajian yang mereka sukai, mereka yang biasanya mendapat kajian dakwah dari perkumpulan di desa harus vakum selama beberapa bulan. Anak-anak juga jarang sekali yang mendengarkan ceramah di media sosial. Mereka lebih gemar menonton kartun atau bermain game online dari pada melihat siaran ceramah. TPQ merupakan lembaga dimana anak mendapatkan pencerahan di bidang keagamaan.
Dakwah virtual
Kemajuan teknologi dan informasi yang melatarbelakagi adanya dakwah virtual, yakni pendakwah dan jamaah tidak harus bertatap muka, namun hanya melalui layar ponsel, jamaah bebas menentukan jenis materi dan siapa yang akan membawakan, para jamaah juga bisa mengatur waktu sesuai dengan kebutuhan rohani mereka, menginggat mendengarkan dakwah atau ceramah adalah salah satu upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah tak jarang dari kami yang sampai meneteskan air mata, saking tajamnya kajian materi yang disampaikan oleh para pendakwah.
Berbagai macam media dapat digunakan namun yang banyak digemari adalah media youtube dan instagram, di youtube anda akan menemukan berbagai macam kiai dan ust. Saat berceramah dengan gaya dan ciri khas tersendiri, di youtube anda akan menemukan ceramah dengan durasi yang mayoritas lama, bisa full. Namun berbeda jika di instagram dakwah lebih ke potongan ceramah para pendakwah, yang diedit sedemikian rupa.
Dakwah virtual di instagram yang lain ialah melalui pamflet, seperti poster untuk mengajak kebaika, seperti mengingatkan untuk membaca surah Al Kahfi saat hari jumat, di tulis beserta keutamaannya. Atau selalu mengingatkan kebaikan setiap waktu, dari pamflet-pamflet itu banyak anak muda yang tergerak dan terdorong untuk mengikuti anjuran tersebut.
Media dakwah ada berbagai macam, sebagai generasi milenial kita harus senantiasa bisa memfilter kajian mana yang bisa kita anut dan ikuti atau kita tinggalkan, dengan kemajuan teknologi dan informasi yang amat pesat perkembangan dakwah juga semakian pesat, pengajian yang awalnya hanya bisa disaksikan oleh masyarakat sekitar dengan jumlah yang dittentukan sekarang bisa disaksikan ribuan hingga jutaan orang.
Di era new normal ini semangat para pendakwah dan para jamaah untuk kembali melakukan aktifitas seperti biasanya. Meskipun belum semua aktif namun adanya wacana ini disambut antusias para warga untuk kembali bertukar ilmu dan pikiran dalam sebuah firum yang sudah lama vakum. Semoga pandemi ini cepat berakhir dan pengajian akbar bisa kembali dilaksanakan, supaya perkumpulan di desa-desa bisa kembali dilalanjutkan, dan TPQ kembali di buka.
-Mahasiswa Prodi PAI, Penggiat Unit Kajian Islam STAINU Temanggung