Oleh Ahmad Hamid
Pada tulisan kali ini saya akan mencurahkan pengalaman, yang benar-benar sudah saya amati dan langsung terjadi di sekitar lingkungan tempat tinggal. Saya mencoba berfikir secara jernih, kenapa laki-laki yang diciptakan kuat dan hebat, tetapi ketika ditinggal istri ( menduda) dan tinggal dengan anak. Kebanyakan anak tersebut tumbuh menjadi anak yanag “nakal”. Apalagi anaknya lebih dari satu dan laki-laki semua.
Hampir setiap hari hanya beradu lidah, pukul-pukulan bahkan barang-barang yang tidak bersalah ikut menjadi korban, contoh piring dan bala tentaranya.
Apa ada yang salah dengan cara mendidik anak, laki-laki atau duda tersebut? Kemungkinan! Yang jelas dalam hal ini laki-laki sudah kalah dengan wanita dalam hal mendidik anak.
- Iklan -
Mungkin ada banyak duda di luaran sana yang sukses mendidik anak tanpa menikah lagi, padahal usia masih tergolong muda. Tetapi jarang atau saya yang belum tahu saja kisahnya. Tetapi kalau, mohon maaf janda sudah banyak kisah, baik zadul (zaman dulu) ataupun zakin (zaman kini).
Banyak tokoh –tokoh besar Islam yang dibesarkan lewat single parent. Contohnya Imam Ghazali, Imam Syafi’i, Imam Bukhari, Imam Tirmidzi, Anas bin Malik, Abu Hurairah, Nabi Musa as. Bahkan Nabi Muhammad Saw, manusia paling sempurna di dunia juga dibesarkan dari seorang single parent. Sudah terbukti bukan?
Inilah kehebatan seorang wanita, janda yang sukses untuk mendidik anak meskipun tanpa bayang-bayang seorang laki-laki. ya kita tahu mereka adalah makhluk yang lemah secara fisik tetapi tidak sedikitpun lemah dalam pengawasan dan mendidik anak.
Mereka (wanita) hanya fokus dengan apa yang ada, termasuk anak-anak dan pekerjaannya. Sedangkan duda, mereka hanya fokus dengan apa yang belum ada. Mungkin inikah yang membedakan?
Contoh lagi wanita yang sukses mendidik sepuluh anaknya menjadi seorang dokter. Tentunya ini adalah sebuah pencapaian yang sangat luar biasa. Kita tahu profesi seorang dokter adalah profesi yang sangat membaggakan, karena selain masa depan yang sudah terjamin, biaya untuk sekolahpun terkenal dengan harganya yang sangat mahal.
Tetapi ibu Nafisah, janda asal Palembang mampu menyekolahkan anak-anaknya menjadi seorang dokter tidak tanggung-tanggung sepuluh anak sekaligus.
Dari sinilah kondrat alam, bahwa perempuan adalah seorang pendidik untuk anak-anaknya dan laki-laki adalah pelindung dan mencari nafkah.
Meskipun di zaman modern ini sudah banyak yang bergeser, tentu pengaruh tekhnologi dan zaman. Sebut saja seperti sinetron “dunia terbalik” dimana ceritanya permpuan yang sibuk bekerja dan laki-laki hanya merawat anak dan bersih-bersih rumah saja.
Yang jelas kalau dua-duanya rida dan sepakat untuk memajukan perekonomian dan pendidikan keluarga tidak menjadi masalah. Namun sekali lagi bahwa tugas yang paling utama seorang wanita adalah mendidik anak. Karena madrasah yang paling pertama untuk anak-anaknya adalah wanita atau ibunya.
Jadi jangan heran jika ada hadits “ Perempuan adalah tiang negara” karena calon-calon pemimpin masa depan akan dilahirkan oleh seoramg wanita-wanita pada saat ini.
Jadi jika wanitanya baik (shalehah), rahimnya bersih maka insyaAllah keturunan yang akan dilahirkan juga akan baik. Tetapi kebalikannya jika wanitanya rusak dan rahimnya sudah ternoda oleh banyak dosa maka akan melahirkan keturunan, pemimpin yang akan merusak bangsa ini.
Dari penjelasan di atas jelas bahwa seorang wanita, seorang ibu sangat menentukan keberhasilan seorang anak. Seorang ayah hanya beberapa persen saja perannya dalam keberhasilan seorang anak.
Kedekatan seorang anak dan seorang ibu, tentunya sangat berpengaruh untuk psikologi anak. Karena wanita lebih mengedepankan perasaan, sementara laki-laki banyak mengandalkan kekuatan.Bahkan kadang seorang anak berlidung kepada ibunya ketika sang ayah sedang marah-marah.
Itulah faktanya, keluar dari itu semua yang berpandangan bahwa single parent dipandang sebelah mata. Namun, janda bukanlah sebuah aib atau sebuah pilihan. Hanya sebuah jalan yang sudah digariskan dan harus dilalui dengan jiwa yang besar. Masalah dinggap miring dan lain sebagainya, anggap saja itu bunga kehidupan sebagai ladang menabung pahala untuk masa yang akan datang.
Apapun statusnya, Islam yang rahmatallil’alamin adalah agama yang menjunjung tinggi harkat dan martabat seorang wanita tanpa mengenal status. Maka jangan sekali-kali menghina atau mengejek seorang single parent/ janda ,dengan sebutan yang tidak layak atau menyinggung perasaan.
Jelas dalam Al Qur’an dan hadits bahwa wanita sangat dimuliakan diantaranya kemulian-kemulian tersebut adalah dicantumkannya dalam Al –Qur’an satu surat yang diberi nama surat An-Nisa yang berarti perempuan.
Belum selesai sampai di situ, demi kemuliaan seorang perempuan, seorang ibu didahulukan atau dimuliakan dibanding seorang ayah. Dalam hadits Nabi ada seorang sahabat yang bertanya: (Wahai Rasulullah,) siapa diantara semua manusia yang paling berhak untuk aku berbuat baik kepadanya? “Ibumu,” jawab Rasulullah. Lalu siapa lagi? “Ibumu,” jawab Rasulullah kembali. Lalu siapa lagi? “Ibumu,” jawab Rasululluh lagi. Lalu siapa lagi? “Ayahmu.”.
Demikian mulianya derajat seorang wanita dibanding laki-laki. Makanya jangan heran dengan keistimewaan tersebut, wanita single parent lebih ulet dan sukses mengantarkan putra-putrinya untuk sukses dibanding mohon maaf seorang ‘Duda’.
Saya menulis seperti ini, bukan berarti menyudutkan kaum laki-laki, yang tidak ‘bisa’ mendidik anak. Sekali lagi tidak! hanya mengagumi ciptaan Allah yang bernama wanita. Dengan kehebatan-kehebatannya jika diarahkan ke arah yang positif maka akan berpengaruh sekali pada tatanan dunia.
Memang Allah menciptakan sesuatu di dunia ini pasti ada kekurangan dan kelebihannya. Saya hanya mengingatkan terutama untuk diri sendiri. Betapa hebatnya seorang wanita, seorang Ibu, dalam mendidik anak-anaknya. Meskipun mereka terlihat lemah secara fisik tetapi akan selalu kuat di depan mata anak-anaknya.
-Penulis adalah Guru di SD Al Madina Wonosobo dan Relawan Literasi Ma’arif