Oleh Bandung Mawardi
Judul : Pangeran dari Timur
Penulis : Iksaka Banu dan Kurnia Effendi
Penerbit : Bentang
- Iklan -
Cetak : 2020
Tebal : x + 594 halaman
ISBN : 978 602 291 675 8
Pembaca memiliki bekal setumpuk buku mungkin berpamrih mencari “salinan” atau perbedaan memahami sekian referensi dan pengisahan di novel berjudul Pangeran dari Timur gubahan Iksaka Banu dan Kurnia Effendi. Raden Saleh, nama dan tema besar sering menjadi perbincangan di seni rupa, sejarah, dan politik. Buku-buku lama dan baru teringat. Pada 1951, terbit buku berjudul Dua Raden Saleh: Dua Nasionalis dalam Abad ke-19 (1951) garapan Soekanto. Pada 2018, terbit buku terjemahan berjudul Raden Saleh: Kehidupan dan Karyanya susunan Werner Kraus dan Irina Vogelsang.
Novel bertokoh besar Raden Saleh. Para pembaca buku-buku mengenai Raden Saleh bakal lancar melewati halaman demi halaman di novel tebal. Kita berhak memilih tokoh-tokoh lain tapi “berkaitan” Raden Saleh: dekat dan jauh. Kita mulai mengikuti biografi tokoh bernama Ratna Juwita. Ia dihadirkan sejak halaman awal sampai akhir. Kita menganggap Ratna Juwita tokoh terpenting untuk mengetahui seni rupa, sejarah pergerakan politik kebangsaan, pergulatan identitas, asmara, dan revolusi. Tokoh mengalami hidup dalam “kemadjoean” dan keramaian ideologi di masa 1920-an.
Ia ingin mengetahui sejarah seni rupa, ingin mengenali Raden Saleh. Pertemuan dan pergaulan bersama kaum muda di Bandung mengantar ke masa lalu. Ratna menjadi pemburu jawab dengan sealbum penasaran. Pemberi jawab adalah Syamsudin, arsitek dan peminat seni rupa. Syamsudin berlagak mengisahkan Raden Saleh Syarief Bustaman secara memikat. Pengisahan membuktikan derajat dan selera. Ia pun menginginkan itu perantaraan mendapatkan hati Ratna Juwita, gadis pujaan.
Cara bercerita Iksaka Banu dan Kurnia Effendi gonta-ganti ke tokoh dan masa berbeda dengan pengikat terpenting Raden Saleh. Pengikat lain adalah PKI dan Digoel. Kita memilih mengurusi Digoel ketimbang tempat-tempat disinggahi atau menjadi bersejarah dalam biografi Raden Saleh: Semarang, Bogor, Eropa, Cikini, dan lan-lain. Ia justru merasa “asing” di Jawa dan Eropa dalam episode berbeda berkaitan identitas, kekuasaan, dan estetika. Raden Saleh mengingatkan sejarah pemberontakan di Banten, akhir abad XIX. Ia dianggap bersangkutan dengan para tokoh pembuat onar tapi tak terbukti. Nama telanjur cemar. Pada 1926-1927, gejolak besar terjadi memberi ganjaran ke orang-orang komunis harus menjalani hari-hari buruk di Digoel. Raden Saleh tak pernah mengalami malapetaka 1926. Raden Saleh “hadir” gara-gara tokoh pergerakan kiri turut dikirim ke Digoel. Ia bernama Syafei, “pembenci” Raden Saleh. Proletar itu memberi propaganda berbeda ke Ratna agar tak memuja Raden Saleh.
Kita sengaja memilih Ratna Juwita dan Syafei di novel mumpung Mei selalu mengingatkan Boedi Oetomo. Ingatan penting tapi jarang diperbincangkan adalah pendirian PKI, seabad lalu. Semua tercatat di kalender sama-sama Mei. Pada masa 1920-an, Boedi Oetomo melunak. Sarekat Islam membesar tapi mengalami perpecahan. Latar pegerakan politik itu mengajak pembaca mengetahui posisi lahir-batin Ratna Juwita dalam asuhan wartawan rajin memberi kritik ke pemerintah kolonial kondang dan Syafei, orang pergerakan tapi bekerja di biro arsitek milik Syamsudin. Kita membaca hubungan rumit: Ratna-Syamsudin-Syafei. Semula, Ratna memilih di pelukan Syafei dengan kobaran kata-kata ideologis dan martabat kaum bumiputra.
Omongan keras Syafei: “Sebetulnya, ini hal yang jamak terjadi pada para pemuja buta. Syam memuja Raden Saleh setinggi langit sehingga ia gagal melihat banyak celah kelemahan pelukis itu….” Syafei terus memberi serangan-serangan ke Raden Saleh dan “keborjuisan” Syamsudin. Ratna melakukan sangkalan dan pembelaan. Kita menikmati babak penghadiran Raden Saleh dan situasi pergerakan politik 1920-an. Iksaka Banu dan Kurnia Effendi menampilkan kemahiran mengolah pelbagai referensi sejarah: menghidupkan manusia-manusia dengan kisruh ideologi dan keinginan mencari selamat dalam tatanan kolonial. Raden Saleh “ditaruh” dalam perdebatan ideologi dan rebutan asmara bertokoh Ratna-Syamsudin-Syafei. Debat antara Syafei-Ratna memang seru, menghasilkan bentrok selera seni rupa dan politik tapi terlena di asmara. Syafei berujar kejelekan Raden Saleh: “Sekembali dari Eropa pun ia tidak melakukan sesuatu yang berarti di Jawa, selain membangun rumah di Cikini itu.”
Pembaca mulai berpikiran judul novel bisa diralat. Cerita dalam novel rumit tapi judul “memaksakan” pembaca melulu ke Raden Saleh sebagai tokoh. Pada masa 1920-an sampai 1950-an, para tokoh dalam novel bisa menjadikan Raden Saleh itu “ide” mengenai nasib kaum bumiputra, politik perlawanan, romatika kolonialisme, Digoel, dan revolusi. Syamsudin selamat dari gejolak dan memiliki kedudukan terhormat. Syafei mendapat ganjaran dari pemerintah kolonial. Malapetaka 1926 mengakibatkan Syafei dikirim ke Digoel. Di sepucuk surat untuk Ratna, tertulis: “Kami akan dibuang ke Boven Digoel… Cobalah tengok peta. Tempat itu ada di Nieuw Guinea sebelah selatan, sebuah kawasan yang masih berupa hutan belantara.” Ratna sangat kehilangan tapi tahun-tahun berlalu ia menerima lamaran Syamsuddin, lelaki semakin terhormat dengan menjadi anggota Volksraad. Syafei menderita di Digul. Ratna-Syamsudin adalah suami-istri dengan kemapanan.
Takashi Shiraishi dalam buku berjudul Hantu Digoel: Politik Pengamanan Politik Zaman Kolonial (2001) mengingatkan kekejaman pemerintah kolonial menghukum kaum kiri. Di tempat kesengsaraan, kaum kiri dihajar oleh nyamuk. Mereka bakal sakit dan mampus. Digoel sengaja dicipta kolonial sebagai tanah kematian bagi kaum revolusioner. Syafei pun sakit dan tamat. Ia masih memiliki pengenang: Ratna. Syamsudin masih pemuja Raden Saleh dan rajin mengisahkan ke Ratna. Di sela keterlenaan, Ratna nekat mengunjungi Digoel pada masa 1950-an. Di pesawat terbang berukuran kecil berputar di atas Digoel, Ratna berucap: “Apakah ada permakaman di tempat ini?” Ia masih memiliki dan mengenang Syafei. Ia pun masih menikmati ocehan Syamsudin dan melihat lukisan Raden Saleh. Di akhir novel, pembenci Raden Saleh itu tamat. Begitu.