Oleh M. Dalhar
Kiranya perlu adanya evaluasi pembelajaran daring atau jarak jauh di madrasah selama kurang lebih satu bulan terakhir. Ada yang merasa nyaman dan ada yang tidak nyaman sama sekali.
Nyaman atau tidak, pola pembelajaran secara daring, jarak jauh akan menjadi iklim baru dalam dunia pendidikan di negara kita. Pola lama, pembelajaran di dalam kelas secara berlahan benar-benar ditingalkan untuk sementara waktu. Pembelajaran secara mandiri pada semua tingkatan harus dilakukan. Tidak tahu sampai kapan. Yang jelas, selama pandemi masih dinilai “berbahaya” oleh pemerintah, selama itu pula pembelajaran daring akan dilakukan.
Banyak yang menilai pembelajaran daring tidak efektif dan tidak mengena pada tujuan pendidikan, yaitu memberikan pemahaman dan teladan. Pendidikan bukan sekadar transfer pengetahuan (transfer of knowledge). Jika hanya tujuan pengetahuan, di dunia maya ada begitu banyak pengetahuan yang bisa didapatkan oleh siswa.
- Iklan -
Ada juga yang menilai tetap penting dilakukan karena digunakan untuk “mengisi waktu” bagi siswa untuk tetap belajar di rumah. Pada akhirnya, dengan segala keterbatasan yang ada, pembelajaran jarak jauh harus tetap dilakukan.
Ada bermacam cara yang dapat digunakan. Rata-rata yang digunakan adalah grup whatsapp dan google classroom. Penggunaan video sangat dibatasi karena akan berdampak pada kuota internet yang boros. Prinsip belajar dengan cara hemat diberlakukan dengan ketat. Meskipun demikian, tidak semua madrasah mampu menjalankan pembelajaran jarak jauh. Ada sejumlah siswa yang harus “berjuang” untuk mendapatkan akses internet bergabung dengan teman yang lain. Atau dengan tetap datang ke sekolah untuk menggunakan fasilitas lab komputer.
Orangtua
Proses pembelajaran saat ini berjalan tidak sebagaimana biasanya. Banyak sekali penyesuaian yang harus dilakukan oleh guru, siswa, dan orang tua. Terutama adalah kepada orang tua, mereka memiliki kontribusi yang lebih dalam proses pembelajaran selama pandemi ini.
Bermacam upaya yang telah dilakukan sekolah untuk menunjang pembelajaran yang efektif. Misanya adalah penyederhanaan materi dan jam pelajaran. Semua disesuaikan agar pembelajaran tetap berjalan. Yang lazim dilakukan oleh kebanyakan madrasah adalah dengan memberikan tugas yang sederhana, seperti membaca dan memahami modul/materi kemudian mengerjakan tugas. Harus diakui, ada keterbatasan penyampaian mata pelajaran tertentu, semisal matematika, fisika, atau nahwu-shorof.
Para guru dituntut untuk lebih kreatif dalam penyampaian materi agar mudah dipahami dan menyenangkan bagi siswa. Tidak harus selalu dengan menggunakan buku. Tidak perlu berekspektasi untuk mengejar batasan materi yang terlampau jauh. Setiap sekolah atau madrasah memiliki kearifan lokal dalam menyikapi kondisi yang tidak biasa ini.
Harus diakui pula bahwa ketidakhadiran siswa di kelas sangat menyulitkan guru dalam memantau perkembangan proses pembelajaran. Guru tidak tahu apakah siswa yang mengisi daftar hadir benar-benar menyimak apa yang disampaikan atau tidak. Di sinilah peran orang tua dibutuhkan agar anak dapat mengikuti seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran daring.
Para orang tua tidak boleh hanya menyerahkan proses pembelajaran kepada sekolah seluruhnya. Ketika jam belajar berlangsung, para orang tua harus memastikan bahwa anak-anak mereka turut mengikuti kegiatan pembelajaran. Rasa jenuh atau bosan tentu ada. Akan tetapi, semua itu harus dilawan dan dilalui agar anak tetap belajar.
Pernah ada ada orang tua yang mengadu dan resah kepada guru dengan kondisi pembelajaran yang berlangsung. Di dalam penyampaiannya, orang tua ini mempertanyakan situasi yang sulit dipahaminya. Hampir setiap hari anak-anak bermain bersama temannya tetapi tidak ada yang melarang. Jangankan protokol kesehatan diterapkan, mereka dengan leluasa bermain bersama dengan teman-teman di rumah atau di luar. Akan tetapi, untuk urusan belajar mengapa harus dilarang di kelas, meski dengan protokol kesehatan yang ketat.
Situasi semacam itulah yang terjadi. Siswa “dilarang” belajar di sekolah. Proses pembelajaran harus dilakukan dari rumah. Meski demikian, dengan berbagai pertimbangan, tetap saja masih ada sekolah yang menerapkan pembelajaran di kelas dengan jumlah yang sangat terbatas dan bergiliran. Itu adalah pilihan.
Ketika dari rumah menjadi pilihan, tentu perlu ada penyesuaian dalam pembelajarannya. Baik itu metode, penyederhanaan materi, dan peran serta dari para orang tua siswa. Tanpa peran aktif dari orang tua, sebaik apapun metode atau materi yang disampaikan guru secara daring akan menjadi kurang bermakna.
– Pengajar di MA MU Banjaragung Jepara.