Oleh Syukur Budiardjo
Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kondisi dan situasi di Wuhan, China, pada saat pandemi atau wabah corona mulai merebak, lebih bukrang lima bulan yang lalu, seperti kota mati atau kota hantu. Jalan-jalan lengang. Toko-toko dan kantor-kantor tutup. Sekolah dan kampus juga tutup karena pelajar dan mahasiswanya diliburkan. Akses transportasi umum seperti pesawat terbang, kereta api, dan bus tidak ada.
Orang-orang dilarang bepergian. Mereka tak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya. Hanya melakukan apa saja di dalam kamar. Mereka bertahan di kompleks perumahan, asrama, atau apartemen tempat mereka tinggal.Tentu saja mereka tak pernah melepas masker yang menutup hidung dan mulutnya. Mereka harus mematuhi aturan lock down yang diberlakukan pemerintah China.
Dengan harap-harap cemas mereka menunggu datangnya juru selamat. Akan tetapi, hingga kini vaksin dan obat bagi wabah ini tak kunjung juga ditemukan. Sementara itu, ratusan ribu orang di seantero bumi telah menjadi korban. Tak pandang bulu, bahkan para dokter dan tenaga paramedis juga ikut gugur. Apa boleh buat. Hingga akhirnya kita cuma bisa menunggu meskipun pandemi Covid-19 telah mengharu biru dan menjadi momok bagi warga dunia di lebih dari 200 negara.
- Iklan -
Berdamai ataukah Waspada?
Hingga akhirnya Presiden Republik ini, Joko Widodo, melontarkan opini perlunya kita berdamai dengan Covid-19 atau corona. Berdamai? Mungkin yang dimaksud adalah kita senantiasa harus waspada terhadap wabah ini. Mesti kita harus memahami terlebih dahulu eksistensi makhluk bernama corona ini.
Sebagai ciptaan Allah corona atau Covid-19 tak bisa lenyap dari muka bumi. Hanya Allah yang mampu melenyapkannya dengan sekali sebut, kun fayakun, terjadi maka terjadilah. Lenyap maka lenyaplah. Kita bisa berbuat apa? Cuma bisa menunggu upaya para ilmuwan farmasi dan obat-obatan yang kini sedang berupaya keras menemukan vaksin dan obatnya.
Senyampang dengan itu, layaknya kita harus selalu waspada terhadap wabah ini. Seperti yang pernah disabdakan oleh Nabi Muhammad bahwa kita harus menjauhi atau tidak mendekati wabah atau pandemi suatu penyakit. Ini berarti kita harus senantiasa menjaga jarak ketika kita beraktivitas. Ke depan, apakah kita harus terus-menerus bersembunyi dari wabah ini?
Dari bacaan (literasi) yang kita peroleh, kita harus segera mengubah gaya hidup yang selama ini belum berubah. Ini layaknya kita harus selalu melaksanakan dan mematuhi aturan kesehatan dengan konsisten dan berdisiplin tinggi karena inang penular wabah ini adalah manusia, seperti flu atau demam yang sering kita alami. Jika flu atau demam sudah ada obatnya, Covid-19 atau corona belum ada vaksin dan obatnya.
Mengubah Gaya Hidup
Mulai sekarang kita harus mengubah gaya hidup hingga tercipta perilaku hidup sehat. Pertama, kita hindari makanan yang berasal dari hewan liar. Kita hanya layak mengonsumsi makanan yang berasal dari daging halal.
Kedua, menghindari kerumunan orang. Kita tak layak berada di antara sekumpulan massa dengan tujuan apa pun. Kegiatan apa pun yang bersifat ekonomi, politik, budaya, keagamaan, dan lain-lain yang bersifat pengumpulan dan pengerahan orang-orang layak kita hindari.
Ketiga, kita harus selalu menggunakan masker atau penutup wajah ketika beraktivitas di luar rumah. Aktivitas apa pun harus kita lakukan dengan terlebih dahulu kita gunakan masker. Jangan lupa ke mana pun kita harus bermasker.
Keempat, kita harus menjaga jarak ketika kita berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang lain. Ini untuk menghindari lendir atau air liur yang bisa jadi menempel ke badan kita ketika orang lain bersin. Meskipun telah bermasker, tentu lebih baik kita senantiasa waspada dengan menjaga jarak.
Kelima, jangan bersalaman atau berpelukan dengan orang lain ketika kita berjumpa atau setelah itu kita melakukan apa pun. Karena kita bergaul atau bersosialisasi dengan orang-orang yang tidak kita kenal maka lebih baik tentu kita menghindari bersalaman atau berpelukan.
Keenam, mencuci tangan dengan sabun atau disinfektan setelah melakukan sesuatu. Tentu lebih afdal jika kita sering mencuci tangan dengan disinfektan atau sabun setelah kita beraktivitas apa pun.
Ketujuh, menjaga stamina tubuh untuk mempertahankan imunitas. Layaknya untuk ini kita harus mengonsumsi makanan yang bergizi. Di samping itu, kita juga harus memiliki jam tidur atau istirahat yang cukup.
Pendekatan Spiritual
Itu berbagai upaya yang dapat kita lakukan yang berkaitan dengan fisik, jasmani, atau badan kita. Selain itu, kita layaknya juga harus melakukan pendekatan spiritual. Maksudnya adalah kita harus senantiasa berdoa kepada Allah untuk memohon keselamatan agar kita terhindar dari wabah Covid-19 atau corona. Dengan demikian kita akan mendapatkan ketenangan jiwa, sehingga terhindar dari depresi karena wabah ini.
Segala sesuatu telah ditentukan oleh Allah. Meskipun kita telah mematuhi aturan kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19 atau corona, layaknya kita juga senantiasa memanjatkan doa ke hadirat Illahi agar kita diberikan keselamatan. Kita tidak ingin tertular corona, juga tidak ingin menularkannya kepada orang lain.
Sekaranglah waktunya kita mengakhiri perilaku dengan gaya hidup bebas dan semau gue yang mengabaikan perilaku hidup sehat. Dalam kerangka ilmiah, kita layaknya dituntut mampu beradaptasi selagi vaksin dan obat Covid-19 atau corona belum ditemukan
Badai pasti berlalu. Setelah kesulitan, akan datang kemudahan. Cuma kita harus bersabar menunggu ketetapan Allah mengakhiri wabah atau pandemi Covid-19 atau corona. Semoga.
Cibinong, Mei 2020
__________________
-Penulis adalah pensiunan guru ASN di DKI Jakarta. Menulis artikel, cerpen, an puisi di media massa cetak, media daring, dan media sosial. Kontributor sejumlah antologi puisi. Menulis buku puisi Mik Kita Mira Zaini dan Lisa yang Menunggu Lelaki Datang (2018), Demi Waktu (2019), Beda Pahlawan dan Koruptor (2019), buku kumpulan Esai Enak Zamanku, To! (2019), Solilokui Menulis Puisi (2019), buku kumpulan cerpenTunggu Aku di Pojok FB Itu! (2019), dan buku nonfiksi Strategi Menulis Artikel Ilmiah Populer di Bidang Pendidikan sebagai Pengembangan Profesi Guru (2018). Tinggal di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.