Oleh Drs KH Mohamad Muzamil
Makna cinta sangat luas. Karenanya cinta adalah misteri, sulit dimengerti. Ia merupakan gambaran suasana hati, sehingga timbul rasa suka, damai, nyaman dan tentram. Kadang datang, kadang pergi. Yang bisa dirasakan adalah di dalamnya ada kasih sayang, pengertian, pengorbanan, tanggung jawab.
Dalam cinta juga ada kedudukan atau status. Karenanya cinta itu spesifik. Misalnya cinta Al-Kholiq atau Alloh Yang Maha Menciptakan kepada makhluk. Cinta diantara makhluk seperti cinta sesama umat manusia. Cinta manusia dengan lingkungan alam sekitar.
Cinta sesama manusia juga banyak ragamnya. Ada cinta suami terhadap istrinya, cinta orang tua kepada anaknya, cinta guru kepada muridnya, atau sebaliknya dan cinta kepada teman. Semua itu ada normanya atau nilai yang diagungkan. Ada yang bersifat umum, dan ada yang khusus. Jika norma itu dilanggar akan ada sanksi moralnya. Bisa juga dikucilkan, tidak dianggap.
- Iklan -
Cinta Al-Kholiq kepada makhluk tidak terbatas. Semua makhluk diberikan rizqi di alam fana ini. Cinta makhluk kepada Al-Kholiq bersifat terbatas sesuai kemampuannya. Prinsipnya adalah sikap kepasrahan makhluk kepada Al-Kholiq dengan mengikuti hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya. Karenanya cinta adalah suci, beda jauh dengan nafsu.
Sebaik-baik cinta adalah cinta Alloh. Agar bisa cinta Alloh adalah mengikuti Rosululloh. Agar bisa mengikuti Rosululloh adalah mengaji dan mengamalkan bimbingan dari para Alim (ulama). Agar bisa mengaji dan mengamalkan bimbingan para ulama adalah berlatih (riyadloh) dan bersungguh-sungguh (mujahadah). Agar riyadloh dan mujahadah berhasil adalah istiqomah. Agar bisa istiqomah adalah senang dan suka rela dalam mengamalkan ilmu. Agar bisa sukarela mengamalkan ilmu adalah membuang sifat-sifat jelek dan memakai sifat-sifat terpuji. Agar bisa terpuji maka diwajibkan memohon kepada Alloh agar dapat dilindungi oleh Alloh dari godaan syaitan yang terkutuk, menjalankan sholat, membaca sholawat, berbuat baik seperti diajarkan dan dicontohkan para ulama.
Semakin seorang hamba cinta kepada Alloh maka semakin besar pula cinta Alloh kepadanya. Bahkan bisa sampai pada derajat kholilulloh seperti Nabi Ibrahim as, atau menjadi wali seperti Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani dan lainnya.
Para wali memiliki cinta yang sangat besar kepada Tuhannya. Rabi’ah al-Adawiyah misalnya sampai mengatakan dalam do’anya: “ya Alloh jika sekiranya aku beribadah kepadaMu karena takut pada neraka, maka tempatkanlah aku didalamnya. Jika sekiranya aku beribadah kepadaMu karena surga, maka jauhkanlah aku darinya. Namun kalau aku beribadah kepadaMu karena cinta ku kepadaMu maka cintailah aku”.
Kedudukan wali juga berbeda-beda. Ada wali kutub, wali gauts, wali masyhur, wali Mastur, dan seterusnya. Namun semuanya memiliki cinta yang sangat besar kepada Al-Kholiq. Jalan menjadi wali atau kekasih Alloh juga sangat banyak sesuai dengan kehendak-Nya.
Hal itu adalah cintanya orang-orang yang sangat khusus, khowas al-khowas.
Penulis adalah termasuk orang biasa pada umumnya. Cintanya masih sangat terbatas pada kemampuannya. Diberikan kemampuan untuk menjalankan kewajiban keseharian atau memuji-Nya saja sudah termasuk beruntung. Jika Anda bagaimana? Yang lebih tahu adalah anda sendiri.
Kemudian cinta kepada sesama, tergantung pada konteksnya. Intinya adalah berbuat baik. Berbuat baik juga pada kondisinya. Kepada yang lebih tua menghormati, dan kepada yang lebih muda mengasihi atau mengasuh.
Jika cinta kepada sesama yang dilandasi keimanan, maka akan dapat mendapatkan kasih sayang dari Alloh Yang Maha Mencintai. Misalnya ada ungkapan, “ridho Alloh tergantung pada ridho kudua orangtuanya…”. Jadi asyik bukan?
Wallohu a’lam.