Oleh Ahmad Hamid
“Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan pertemukan kami dengan bulan Ramadhan.”
Itulah arti doa yang sering kita dengar ketika masuknya waktu sholat terutama di kampung-kampung. Kalau doa tersebut sudah santer terdengar menandakan tidak lama lagi bulan yang mulia, yaitu bulan Ramadhan akan segera tiba. Banyak yang menunggu bulan tersebut karena memang banyak keistimewaannya.
Namun ada yang lain dengan bulan Ramadhan bahkan sampai Lebaran Idulfitri tahun ini, karena kita tahu pandemi virus Covid-19 belum memberi tanda-tanda akan pergi dari muka bumi. Virus yang sudah mampu megubah seluruh tatanan masyarakat, baik politik, ekonomi, budaya, sosial dan agama.
- Iklan -
Terbukti dari kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk melindungi keselamatan rakyatnya. Tidak ketinggalan juga tentang anjuran ibadah selama bulan Ramadhan.
Kementerian Agama menerbitkan surat edaran mengenai panduan ibadah Ramadhan dan Idul Fitri 1 Syawal 1441 Hijriah di tengah pandemi virus Covid-19. Edaran ditujukan kepada Kepala Kanwil kemenag Provinsi, kepala kankemenag Kabupaten/Kota dan UPT seluruh Indonesia yang diterbitkan oleh Menteri Agama, Fachrul Razi pada Senin (6/4/2020)
Panduan Ibadah Bulan Ramadhan dan Idul Fitri
Panduan yang tertuang dalam surat Nomor 6 tahun 2020 diantaranya adalah tidak diperbolehkan sahur dan buka bersama atau istilah lain yang sering kita dengar sahur on the road atau ifthar jama’i. Sholat tarawih dilaksanakan sendiri atau hanya berjamaah kecil (hanya dengan keluarga inti). Tadarus Al Qur’an atau tilawah dilakukan di rumah masing-masing. Lembaga pemerintah, swasta, masjid dan mushola tidak diperbolehkan melaksankan buka bersama. Peringatan Nuzulul Qur’an dengan mendatangkan penceramah dan massa ditiadakan. Pelaksanaan sholat Idul Fitri di lapangan juga ditiadakan. Takbir keliling tidak diperkenankan. Pengumpulan zakat yang dilakukan oleh organisasi pengelola zakat sebisa mungkin meminimalkan pengumpulan zakat melalui kontak fisik, tatap muka dan membuka gerai di tempat umum. Silaturahim atau halal bihalal ketika Idul Fitri yang sering kita lakukan diganti hanya melalui media sosial atau video call saja.
Itulah hebatnya virus ciptaan Allah Swt. mampu megubah segalanya. Bagi saya dan sebagian masyarakat, kalau ditanya tentang bulan Ramadhan dan Idul Fitri selain puasa, momen yang paling berkesan adalah sholat tarawih berjamaah, tadarus bersama, buka bersama_nanti puncaknya takbir keliling dan silaturahim. Namun tahun ini tampaknya kita akan kehilangan momen tersebut, kalau dipaksa dan tetap melaksanakan kebiasaan tersebut akan membahayakan keselamatan, tidak hanya diri bahkan keluarga dan semuanya.
Perbedaan Bulan Ramadhan Tahun ini
Berkaitan dengan himbauan dari Menteri Agama, sebagai umat yang taat terhadap pemimpinnya kita harus melaksanakan himbauan tersebut dengan rasa ikhlas. Meskipun saya sendiri sedikit berat meninggalkan beberapa kebiasaan positif yang sudah mendarah daging di lingkungan masyarakat, terutama saat bulan Ramadhan seperti diantaranya;
Pertama kita tidak bisa melaksanakan tabuh bedug yang diiringi oleh syiiran dengan wujudan, atau yang sering kita kenal dengan Syiir Aqaid Seket. Wujudan ini biasanya dilaksankan setelah selesai melaksanakan sholat tarawih, dilakukan bersama-sama. Kata wujudan sendiri berasal dari cuplikan syiir yang menjelaskan tentang ajaran tauhid yang wajib kita imani. Kenapa disebut “seket”? seket atau dalam bahasa Indonesia disebut 50 (lima puluh), karena ajaran tersebut terdiri dari 20 sifat wajib Allah, 20 sifat mustahil (muhal), 1 sifat jaiz bagi Allah dan 4 sifat wajib bagi Rasul, 4 sifat mustahil bagi Rasul, dan 1 sifat jaiz bagi Rasul. Setelah selesai wujudan, jamaah menikmati jamuan dengan cara bergiliran. Tetapi puasa kali ini, rasanya kita tidak akan ketemu dengan suasana itu.
Kedua buka bersama, buka bersama juga sebagai momen untuk ajang silaturahim dengan orang-orang terdekat seperti keluarga besar, teman kerja atau sebagai ajang reuni, berkumpul dengan teman-teman seperjuangan yang sudah lama tidak berjumpa. Kalau di lingkungan sekolah saya, juga ada yang namanya Ramadhan In Campus, kegiatan ini biasanya dilakukan untuk anak-anak kelas atas selama kurang lebih satu minggu, peserta kegiatan diantaranya kelas 4 s.d kelas 6. Tujuan dari kegiatan ini adalah melatih murid untuk hidup bersama dari meyiapkan masakan untuk buka puasa, buka puasa, tarawih, tadarus, sahur bersama dan juga dilatih seperti hidup di pesantern. Pihak sekolah berharap dengan adanya acara Ramadhan In Campus bisa melatih kemandirian anak dan sekaligus memberi gambaran tentang kehidupan di pondok, agar setelah lulus nanti, anak-anak bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan mondok.
Ketiga ngabuburit. Sore hari apalagi ketika musimnya mendukung, pasti banyak sekali masyarakat yang berbondong-bondong keluar sekedar jalan-jalan mencari kudapan untuk buka puasa atau kalau di tempat saya namanya “Nunggu sore” atau bahasa tenarnya adalah ngabuburit. Ngabuburit sendiri kalau dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tidak ada, namun telinga kita tidak asing lagi dengan istilah ini tetapi karena saya penasaran, saya cari tahu di internet, ternyata ngabuburit berasal dari bahasa Sunda diambil dari kata “Burit” yang mempunyai arti sore atau petang. Intinya ngabuburit adalah kegiatan santai menunggu datangnya bedug magrib di bulan puasa.
Keempat adalah sholat tarawih dan tadarus Al Qur’an di Masjid atau di Mushola secara berjamaah. Sholat tarawih meskipun statusnya hanya sholat sunah tetapi karena datangnya setahun hanya sekali sepertinya menjadi sholat “wajib” kedua setelah sholat lima waktu. Jadi kalau ditinggalkan seperti ada yang kurang selama bulan Ramadhan, meskipun bisa dilakukan sendiri tetapi rasanya sangat berbeda dengan dilakukan bersama-sama, begitu juga dengan semangat tadarus Al Qur’an yang dilakukan bersama sangat berbeda jika dilakukan sendiri.
Masih banyak lagi, hal-hal positif_dilakukan pada bulan Ramadhan yang sudah menjadi tradisi, namun kali ini tidak bisa kita lakukan terutama dilakukan dengan bersama-sama.
Ramadhan Lebih Istimewa
Tetapi sekali lagi, meskipun kita, umat Islam menjalankan ibadah puasa pada bulan ini secara lahir terlihat berbeda, insyaallah secara batin justru menjalankan puasa di bulan Ramadhan 1441 H. Ini, jauh lebih khusuk karena diselimuti oleh kabut virus Covid-19.
Toh, virus corona berkeliaran tetapi keistimewaan dari bulan Ramadhan tidak sedikitpun tergoyahkan, tidak sedikitpun ternoda, malah lebih istimewa. Bulan Ramadhan masih membawa keberkahan dengan dibukanya pintu-pintu surga, ditutupnya pintu-pintu neraka, dan setan-setan juga dibelenggu. Didalam bulan Ramadhan juga nanti akan datang satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan.
Terakhir jadikan momen datangnya bulan puasa, bulan Ramadhan untuk meningkatkan iman kita, mengingat-ingat kesalahan dan dosa-dosa kita. Mungkin karena dosa dan kesombongan manusia corona datang dengan izin Allah untuk menegurnya. Orang yang sedang berpuasa apalagi berpuasa di bulan Ramadhan doanya mustajab seperti hadits Rasullulah yang artinya “Ada tiga macam doa yang mustajab, doa orang yang sedang puasa, doa musafir dan doa orang-orang yang teraniaya.” (H.R. Baihaqi).
Doa kita, di bulan Ramadhan mudah-mudahan virus corona segera pergi dari bumi, sebelum hari raya Idul Fitri. Tetapi jika Allah belum mengizinkan maka jadikan musibah ini menjadi pembelajaran untuk meningkatkan iman dan ladang pahala untuk saudara muslim di dunia. Jadikan rasa ikhlas, kuat dan sabar dalam kami menjalani ujian dari-Mu.
-Penulis adalah Guru Yayasan Al Madina Unsiq Wonosobo dan Relawan Literasi Ma’arif