Semarang, Maarifnujateng.or.id – Di tengah-tengah pandemi covid-19, LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah melakukan inovasi agar tetap memberikan edukasi dan layanan kepada para guru, siswa, maupun pengurus LP Ma’arif di Jawa Tengah dan umumnya warga NU Jawa Tengah. Hal itu terbukti pada pertemuan pertama, Belajar Online Bersama Ma’arif PWNU Jateng terlaksana pada Kamis, (14/5/2020) yang dimulai pukul 09.00 – 12.00 WIB.
Pada pertemuan pertama via zoom tersebut, mengambil materi “Membentuk Karakter Aswaja An-Nahdliyah Peserta Didik Ma`arif” dengan narasumber Sekretaris PWNU Jawa Tengah KH. Hudallah Ridwan, Lc., Ketua LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah R. Andi Irawan., M.Ag, dan dimoderatori Koordinator Penyusunan Kurikulum Ke-NU-an Abdul Khalim, M.Pd.
Dalam sambutannya, Ketua LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah R. Andi Irawan., M.Ag mengatakan bahwa meski di tengah pandemi covid-19, LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah tetap hadir memberi layanan dalam bentuk daring seperti layanan konsultasi pendidikan inklusi dan juga belajar online dengan beberapa tema dan pemateri yang sudah ditentukan.
Sementara itu, Sekretaris PWNU Jawa Tengah KH. Hudallah Ridwan, Lc., mengapresiasi langkah belajar via online itu. “Di tengah Covid-19 ini, kita tidak boleh kalah dan menyerah dalam belajar dan memberi pelayanan. Saya mengapresiasi langkah LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah,” kata beliau.
- Iklan -
Gus Huda, juga mengelaborasi makna akhlak dan karakter secara luas. Baik dari sisi bahasa, dan menurut beberapa ulama salafussalih, dan lainnya.
“Akhlak itu dalam bahasa Arab ada kata khuluk, khulukun, khalak. Sedangkan KBBI 2008, menyamakan antara karakter dan akhlak. Dalam KBBI disebut karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain; tabiat; watak,” lanjutnya.
Beliau juga menegaskan, bahwa Imam Al-ghazali memberi definisi variatif tentang akhlak, baik dari sisi fisik maupun metafisik. “Kenapa harus ada karakter Aswaja Annahdliyah? Mengapa tidak cukup, berkarakter begitu saja? Saya contohkan, ada orang dermawan, misalnya, tapi kalau dia ateis, orang NU, Aswaja, pasti kedermawanannya berbeda. Apalagi di era pandemi seperti ini, bisa jadi dia memberi agat dilihat dermawan, atau karena mendekati Pilkada, prestise, atau dari hatinya?” Lanjut beliau.
Dilanjutkannya, akhlak disebut juga sebagai kondisi batin yang menggerakkan anggota badan. “Akhlak Aswaja Annahdliyah itu punya soko tunggal akidah. Yaitu keyakinan dia, kesadaran dia sebagai hamba, apa harus dilakukan, yang melahirkan pandangan dia tentang hidup, ilmu, ibadah, dan lainnya,” beber beliau.
Inilah menurut beliau, yang membedakan dengan karakter lain. “Karakter Aswaja Annahdliyah memiliki sumber akidah islamiyah, sebagai bentuk penghambaan kepada Allah,” tegasnya.
Ketika ia memberi, contohnya, pasti didasarkan pada Allah, bukan hanya memberi untuk pamer, mengikuti hawa nafsu, tapi disandarkan pada Allah.
Menurut Gus Huda, untuk menguatkan karakter Aswaja Annahdliyah, ditentukan dari keluarga, guru/kiai, lingkungan/sahabat, al-mujahadah, dan terakhir adalah doa.
Koordinator Penyusunan Kurikulum Ke-NU-an Abdul Khalim, M.Pd juga menambahkan, bahwa LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah periode 2018-2023, menguatkan kurilulum Aswaja Ananhdliyah sesuai amanat Rais Syuriah PWNU Jawa Tengah.
“Ada tiga aspek yang dikuatkan dalam kurikulum yang kita kuatka. Mulai dari amaliyah, fikrah dan harakah,” katanya.
Usai pamaparan materi, dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab. Semua peserta kegiatan daring itu berjumlah 44 orang dari berbagai kalangan. Diskusi akan dilanjutkan di hari lain dengan tema berbeda. (Adm/Hi).