Oleh Nafilah Sulfa
Al-Ghazali nama aslinya adalah Abu Hamid Muhammad ibn Muhammd al-Ghzali. Ia mendapat gelar Hujjah al-Islam Zannuddin at-Thusi. Lahir di Thus pada tahun 450 H. Al-Ghazali adalah seorang yang cerdas, berwawasan luas dan hafalannya kuat. Selain al-Ghazali menguasi berbagai ilmu seperti logika, seluk beluk mazhab, ikhtilaf dan filsafat, ia juga menguasai ilmu hikmah (tasawuf) terbukti dngan karyanya yang berjudul Mukhsafah al-Qulub: al-Muqarrib ila Hadhrah al-Ghuyub fi Ilm at-Tasawwuf. Kitab ini diterjemah oleh Irwan Kurniawan, dengan judul Menyikap Hati Menghampiri Ilahi Ziarah Ruhani Bersama Imam Al-Ghzali, di dalamnya banyak sekali menyebutkan bagaiamana menjadi orang yang taqarrub dengan Allah, keutaman bulan bulan mulia termasuk bulan sya’ban.
Bulan ini umat Islam masuk bulan sya’ban. Sya’ban diambil dari kata as-Sya’b artinya jalan di gunung yaitu jalan yang baik. Rasulallah, saw. menganjurkan umatnya untuk membersihkan jiwa dan memperbagus niat jika datang bulan sya’ban. Selain itu, Nabi juga menganjurkan umatnya untuk berpuasa dibulan sya’ban karena pada bulan ini semua amal manusia diangkat kehadirat Alllah swt, sehingga Nabi ketika amalnya diangkat kehadapan tuhannya, Nabi ingin dalam keadaaan berpuasa.
Dikisahkan di alam langit bahwa malaikat mempunyai dua hari raya seperti umat muslim di bumi. Dua hari raya itu adalah malam nisfu sya’ban dan malam lailatul qadr. Nisfu sya’ban disebut salah satu hari raya malaikat, mengutip pendapat al-Subki imam al-Ghazali menjelaskan pada malam itu semua dosa selama setahun dihapus. Sedangkan malam lalilatul qadr semua dosa seumur hidup dihapus.
- Iklan -
Malam nisfu sya’ban disebut juga laylah al-Syafa’ah (malam syafaat) sebagaimana diriwayatkan dalam satu hadis bahwa Rasulallah memohon syafaat untuk umatnya kepada Allah pada malam ke tiga belas bulan sya’ban, lalu Allah memberi tiga syafaat kepadanya. Kemudian Rasul berdoa lagi pada malam keempat belas, lalau Allah memberi tiga puluh syafaat padanya. Terakahir yakni pad malam ke lima belas (nisfu sya’ban) lalu Rasul berdo’a lagi dan Allah memberi semua yang diminta oleh Rasul, namun syafaat itu tidak akan diberikan kepada orang yang berbuat maksiat kepad Allah.
Selain disebut laylah al-Syafa’ah, nisfu sya’ban disebut juga laylah al-Maghfiroh (malam pengampunan) sebagaiamana diriwayatkan dari imam Ahmad Rasullah bersabda: “Allah mengampuni dosa hamba-hambanya pada malam nisfu sya’ban kecuali dosa orang musyrik dan orang yang bermusuhan”
Sya’ban disebut juga laylah al-ithq (malam pembebasan) sebagaimana diriwayatkan Ibn Ishaq dari Anas ibn Malik, dari Aisyah ia menceritakan bahwa: Rasulallah berdoa meminta kepada Allah kebersihan hati dari perbuatan syirik, kufur. Sabda Nabi malam nisfu sya’ban disebut juga malam pembebasan karena Allah membebaskan hamba-hambanya dari neraka sebanyak bilangan bulu kambing kecuali enam orang: peminum arak, orang yang menyakiti kedua orang tuanya, orang yang berbuat zina, orang yang memutuskan silaturahmi, penjudi, dan terakhir orang yang suka marah tanpa alasan.
Selain hal di atas, sya’ban disebut juga laylah al-qismah wa at-taqdir (malam pembagian dan penentuan) sebagaimana diriwayatkan Atha’ ibn yasar, jika datang bulan sya’ban malaikat maut menghapus daftar orang yang seharusnya meninggal pada bulan sya’ban itu dimajukan ke bulan sya’ban berikutnya. seorang hamba menanam tanaman, menikah atau membangun sebuah bangunan nama-nama mereka dhapus dari daftar orang-orang yang seharusnya meninggal pada bulan sya’ban karena amal salih mereka perbuat. Malaikat maut menangguhkah sampai datang perintah Allah.
Jadi momentum bulan Sya’ban ini tepat sekali untuk memohon ampun kepada Allah apalagi di tengah pandemi Corona yang melanda dunia saat ini. Semoga di bulan sya’ban ini Allah segera mengangkat pandemi ini, dengan barakahnya bulan. Wallahu a’lam.
-Penulis adalah pengurus santri Ziyadatut Taqwa Pamekasan dan Mahasiswi semester 8 IAIN Madura, Jurusan: ilmu al-Qur’an dan Tafsir.