Oleh Muammar Ramadhan
Nuansa baru bulan Ramadhan 1441 H/2020 M dapat kita rasakan dengan maraknya ngaji kitab online. Meski praktik ngaji kitab online sebelumnya sudah ada, namun Ramadhan kali ini intensitasnya sangat tinggi. Penyelenggaraan ngaji online dilakukan sebagai upaya ikut mencegah penyebaran virus covid-19 yang merupakan pandemi global. Lepas dari pro kontra terkait sejumlah kebijakan maupun tausiah panduan ibadah Ramadhan 1441 H yang melingkupinya, ngaji kitab online menarik untuk dicermati lebih lanjut.
“Ngaji Kitab” merupakan terminologi khas pesantren yang menjadi kegiatan utama dan merupakan ruh pesantren. Meski pada perkembangannya, banyak varian kegiatan ngaji, namun tulisan ini akan membatasi pada aktivitas ngaji kitab kuning yang menjadi ciri khas utama pesantren. Penelitian Martin Van Bruinessen menunjukkan bahwa Kitab Kuning merupakan kurikulum inti pesantren yang sejak berdirinya hingga kini menjadi barometer utama pesantren.
Dari mulai kitab kuning beskala kecil, menengah, dan besar. Semuanya dikaji di pesantren dalam berbagai disiplin ilmu baik Bahasa Arab (nahwu, shorof, dan balaghah), akidah/tauhid, fikih, tasawuf/akhlak, tafsir, ushul fikih dan qawaid fikih, hadis, ulumul Qur’an, ulumul Hadis, serta Tajwid. Khusus di bulan Ramadhan, para kiai/ustaz melaksanakan program ngaji posonan/pasaran yang diikuti baik oleh santri mukim maupun santri kalong.
- Iklan -
Dinamika Ngaji Online
Saat ini ngaji posonan/pasaran tetap dilakukan dan sebagiannya dengan menggunakan media online sebagai sarana memperluas audiens (santri yang mengikutinya). Terdapat sejumlah kelebihan kegiatan ngaji kitab online ini. Pertama, santri atau audiens lebih banyak yang mengikuti dengan melihat tayangan secara langsung maupun tunda. Dengan ini manfaat kegiatan mengaji kitab di bulan Ramadhan lebih banyak dirasakan oleh santri.
Kedua, santri dapat memilih waktu dalam mengikuti ngaji kitab online secara lebih fleksibel, sehingga jika tidak dapat mengikuti siaran langsung dapat mengikuti kembali pada siaran tunda.
Ketiga, fenomena ngaji kitab online tidak hanya dilakukan oleh kiai/ustaz di pesantren, tetapi oleh kiai/ustaz yang difasilitasi oleh lembaga seperti yang dilakukan Lembaga Dakwah NU melalui NU Online, ataupun oleh Badan Otonom NU. Keempat, kegiatan ngaji kitab online mampu mengisi ruang-ruang media sosial/media online yang selama ini lebih banyak diisi oleh kegiatan mengaji yang belum tentu sesuai dengan ajaran Ahlussunnah Waljama’ah An-Nahdliyyah.
Tampaknya fenomena ngaji kitab online mampu menunjukkan bahwa kalangan nahdliyyin mampu menyajikan materi pengajian yang dikemas secara menarik melalui media kekinian yang sedang ngetrend. Lepas dari kekurangan bahwa ngaji kitab online berbeda dengan metode ngaji musafahah atau mujalasah dengan tatap muka langsung (yang nilai keberkahannya lebih utama), namun pada kondisi seperti sekarang ini, ngaji kitab online mampu menjadi alternatif solutif yang jitu.
Sejumlah pengembangan ngaji kitab pasaran/posonan online saat ini adalah berupa kajian materi secara tematik dan varian kitab yang cukup banyak, meski tidak harus khatam, sebagaimana ngaji posonan pada umumnya. Dalam pelaksanaannya, ngaji kitab online ada yang tetap dengan kebiasaan sebelumnya yakni mengkhatamkan kitab dengan memberikan makna utawi iki iku secara lengkap. Namun sebagian lainnya tidak mengkhatamkan kitab yang dikaji karena lebih menekankan penjelasan dengan tidak meninggalkan makna utawi iki iku.
Disadari atau tidak, muncul kebanggaan di kalangan nahdliyyin, khususnya kaum milineal NU, bahwa sekarang mereka bisa menggunakan handphone android untuk aktivitas mengaji kktab. Mereka bebas memilih kitab, tema, dan kiai/ustaz yang selama ini mereka idolakan dengan penuh gairah. Ada spirit baru dalam berjam’iyyah dan thalab al-ilm an-nafi’ (mencari ilmu yang bermanfaat) melalui media online.
Di samping itu, fenomena ngaji kitab online menunjukkan kepada publik bahwa NU online, channel youtube kiai NU, facebook kiai/ustaz, maupun media online lainnya bisa menyajikan content menarik sekaligus berfungsi menaikkan rating dan menjadi barometer literasi warga NU. Last but not the least, euforia ngaji kitab online ini hendaknya jangan sampai menghilangkan semangat tabarukan mengaji secara musafahah atau mujalasah satu majelis dengan ulama.
-Penulis adalah Pengurus LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah, Kandidat Doktor UIN Walisongo Semarang.