Judul Buku: Cinta yang Bersambut
Penulis : Abi Arjun Naja
Penerbit : CV Asna Pustaka
ISBN: 978-623-91983-1-2
- Iklan -
Cetakan: 1 Oktober 2019
Tebal : 13 x 19 cm, 94 Halaman
Cinta adalah sesuatu yang suci. Sebagian orang bahkan tidak bisa mendefinisikan makna cinta itu sendiri, namun cinta bisa dirasakan. Cinta adalah sebuah anugrah dari Allah, maka dari itu ketika anda sudah menemukannya jaga dia, hormati dia, dan cinta dia karena Allah. Allah menciptakan rasa cinta agar manusia saling berkasih sayang satu sama lain. Sebesar-besarnya cinta kita kepada mahluk tidak boleh mengalahkan besarnya cinta kita terhadap Allah.
Buku ini berupa novel romansa persembahan penulis untuk sahabatnya sebagai kado pernikahan beliau yaitu sosok Kiai yang sangat bersahaja K.H. Miftahudin Ridlo. Karena buku ini ditulis berdasarkan kisah nyata pembaca seolah-olah dibawa menyelami kisah cinta K.H. Miftahudin Ridlo. Dengan bahasa, diksi, kodifikasi yang dipilih penulis tidak sembarangan dan sangat menarik untuk di baca.
Kisah ini bermula dari gadis cantik bernama Udhoh seorang putri Kiai yang mendapat pesan singkat dari seorang pria yang bernama Miftahudin Ridlo yang mengutarakan niat baik untuk melamarnya yang dituangkan dalam rangkaian kata-kata indah kata-kata itu dikirim melalui pesan singkat dari kang Miftah untuk Udhoh. Sudah berpuluh-puluh santri melamar Udhoh namun ditolaknya karena dalam hati Udhoh hanya ada satu nama yaitu kang Miftah. Bahkan ketika ditanya oleh sang ibu yang biasa dipanggil umi alasan menggapa Uhdoh menolak semua lamaran Udhoh tetap terdiam dan tak menjawab.
Akhirnya tiba waktunya keluarga kang Miftahudin berkunjung ke rumah Udhoh untuk melangsungkan proses lamaran, pada kala itu kang Miftah tidak ikut dikarenakan budaya santri yang ditempa kang Miftah tidak membolehkan seseorang yanng bukan mahrom bertemu dalam satu ruangan. Namun sang calon mempelai laki-laki akan datang untuk melihat wajah jan jari-jemari calon istrinya ketika khitbah. Ketika ditanya oleh keluarga kang Miftah Udhoh hanya terdiam dan menunduk. Itu artinya Udhoh menerima pinangan kang Miftah.
Setelah acara pertunangan dilaksanakan, komunikasi kang Miftah dan Udhoh hanya melalui pesan singkat atau (SMS) biasanya kang Miftah selalu mengirim kabar pada Udhoh namun satu waktu Udhoh gelisah karena kabar kang Miftah tak kunjung didapat. Akhirnya Udhoh memberanikan diri untuk menanyakan kabar kang Miftah. Sambil menunggu dengan perasaan was-was dan gelisah, sembari menunggu balasan pesannya Udhoh seskali membuka kitab mutholaah untuk bahan mengajar.
Tiba-tiba Hp Udhoh berbunyi dan ternyata itu pesan balasan dari kang Miftah, perasaan lega terpancar dalam raut wajah Udhoh akhirnya kang Miftah membalas pesannya. Hari itu nampak cerah namun wajah Udhoh murung karena mengetahui kabar bahwa pernikahannya dengan kang Miftahudin akan diundur, kakek Udhoh yang mengusulkan untuk mengundur hari h pernikahan karena perhitungan ilmu falak. Udhoh nampak kecewa, karena dia harus menunggu lebih lama untuk menjadi istri kang Miftah. Di tempat kang Miftah tiba-tiba seorang gadis manis mengirimkan pesan melalui inbox Facebook.
Seperti diriku yang lemah tak berdaya, telah rela terhempas angin dan badai, basah kuyup hujan serta panas teriknya matahari, hanya sekadar menunggu kepastianmu untuk melamarku, karena aku yang sedari hanya dapat menanti, kenapa engkau hanya berdiam diri dan tak mau mengerti??
Ttd
Rika Rikhana (Hlm. 23)
Itu adalah paragraf terakhir isi inbox yang dikirim Rika kepada kang Miftah, seorang gadis yang sering bertukar gagasan atau berdiskusi dalam dunia maya dengan kang Miftah, mengharap kang Miftah segera melamarnya. Membaca pesan itu perasaan kang Miftah campur aduk, kang Miftah terus mengucap Istiqfar setelah menghela nafas panjang. Disaat beliau sudah mengikat janji dengan Uhdoh, ada wanita yang begitu sempurna seperti Rika datang minta dilamar. Kegelisahan itu tak dibiarkan oleh Miftah, akhirnya beliau meminta saran kepada sahabatnya Hanif. Dengan segera kang Miftah mengunjungi rumah Hanif untuk meminta saran. Hanif menyarankan supaya kang Miftah jujur tentang kondisinya sekarang bahwa dia sudah melamar gadis.
Gayung bersambut akhirnya kang Miftah memberanikan diri untuk membalas pesan Rika dengan berat hati dan pertimbangan yang amat matang kang Miftah menjawab. Sungguh pun hujan mendinginkan, bukan berarti aku tergigil, sunggupun matahari memancarkan sinar cerah, bukan berarti aku kepanasan, sungguhpun angin meniup kencang memulai badai, menghamburkan daunan, bukan berarti aku ikut terbang. Afwan… aku masih seperti yang dulu awal mengenalmu, lalu aku akrab dengan sapa persahabatanmu, aku bukan berarti menolak tawaranmu, hanya saja waktu telah memutuskan kalau aku hanya harus bersahabat, berteman seperti adik dan kakak, karena aku sudah bertunangan tidak lama engkau membukakan pintu untukku. Sekali lagi afwan.. doaku semoga kau cepat bertemu dengan pria yang sholeh. (Hlm. 31) Itulah balasan inbox dari kang Miftah.
Di tempat udhoh dia sedang gelisah memikirkan cara bagaimana memberitau kang Miftah bahwa acara pernikahan mereka akan diundur. Dengan berat hati Udhoh menyampaikan amanat abahnya, awalnya kang Miftah sedikit kesal namun akhirnya beliau menerima dengan lapang dada. Acara yang disepakati jatuh pada 7 Dzuqo’dah. Godaan sebelum pernikahan bukan hanya datang kepada kang Miftah.
Namun juga kepada Udhoh. Pada saat Udhoh mengisi acara pada Sekolah Menenggah Kejuruan di sekitar rumahnya, tiba-tiba ada laki-laki yang meminta nomer ponselnya karena Udhoh tak enak akhirnya udhoh berikan nomernya pada laki-laki itu. Tanpa disangka laki-laki itu mengutarakan kekagumannya kepada Udhoh dan mengajak Udhoh untuk menikah. Dengan sopan Udhoh menolak permintaan laki-laki itu karena dia adalah tunangan kang Miftah.
Udhoh adalah gadis cantik dan sholeha idaman para lelaki, Udhoh sangat menjaga dirinya. Udhoh juga gadis yang santun. Hari yang dinanti kedua mempelai dan keluarga akhirnya datang juga. Semua sibuk mempersiapkan acara pernikahan Udhoh dan kang Miftah. Aqdun Nikah yang dilaksanakan langsung oleh K.H. Su’ud selaku wali dari penganten perempuan. Acara berjalan khidmat. Akhirnya cinta ning Udhoh dan Ust. Miftah bersatu dalam sebuah ikatan suci.
Jika kalian ingin mengetahui lebih lengkap kisah cinta antara Ning Udhoh dan Ust. Miftah silahkan anda buka dan baca tiap lembar novel romansa ini. Selamat membaca.
Kelebihan buku ini, desain sampul menarik, elegan dan simpel, cerita yang sangat menginspirasi bahwa dalam sebuah ikatan janji suci pernikahan tidak harus didahului oleh pacaran. Kekurangan buku ini, jika ini masuk jenis novel romansa buku ini dirasa kurang tebal, seharusnya cerita ditambah bagaimana kondisi udhoh saat masih nyantri dan juga dari sudut pandang kang miftaf yang sedang mengajar.
-Diresensi Anisa Rachma Agustina, Pengiat Komunitas Pena Aswaja.