Judul Buku : Islam Yes, Khilafah No! Jilid1 ; Doktrin dan Sejarah Politik Islam dari Khulafa ar – Rasyidin hingga Umayyah
Penulis : Nadirsyah Hosen
Penerbit : Suka Press
Cetakan : VIII, Juni 2019
- Iklan -
Tebal : xiii + 180
ISBN : 978-602-1326-66-4
Belakangan ini sangat ramai sebagian kelompok muslim yang begitu berdengung menggelorakan semangat “kembali kepada khilafah” sebagai solusi segala permasalahan umat. Sayangnya semangat mereka tidak disertai dengan pemahaman terkait sejarah khilafah itu sendiri, sehingga yang ada pada pikiran mereka adalah “angan semu” yang hanya bertitik pada masa kejayaan khilafah tanpa mau melihat bahwa sejarah khilafah juga diwarnai noda hitam bahkan merah darah.
Nadirsyah Hosen yang merupakan Rois Syuriah PCINU Australia dan Selandia Baru atau yang akrab disapa Gus Nadir mencoba menerangkan sejarah kelam pada masa khilafah tersebut dalam bukunya yang berjudul Islam Yes, Khilafah No! Doktrin dan Sejarah Politik Islam dari Khulafa ar-Rasyidin hingga Umayyah. Buku jilid 1 ini semula merupakan tulisan Gus Nadir yang dimuat di media online dan karena antusiasme pembaca yang begitu besar akhirnya tulisannya dijadikan buku hingga lahirlah dua jilid buku yang membahas tentang dinamika politik yang terjadi pada masa khilafah dari setelah wafatnya Rasulullah SAW sampai berlanjut ke masa Khukaf ar-Rasyidin hingga Umayyah.
Secara garis besar buku ini dibagi menjadi empat bab dimana masing-masing bab yang ada dijelaskan begitu runtut hingga pembaca tidak akan merasa sulit mengikuti setiap kisah yang dituliskan oleh Gus Nadir. Buku yang ditulis dengan bahasa yang ringan ini sangat tidak membosankan, terlebih argumen yang disampaikan oleh Gus Nadir juga tidak asal tulis, beliau banyak merujuk pada karya-karya klasik Islam dari ulama-ulama seperti Imam Thabari, Imam Al-Ghazali, Imam Al-Mawardi, Ibnu Khaldun, Ibnu Kastsir, dan Imam Suyuthi.
Buku yang ditulis dengan santai dan kadang ditulis dengan kalimat candaan khas Gus Nadir ini juga menjelaskan dengan apa adanya perihal sejarah yang terjadi pada masa dinasti Umayyah. Konflik yang terjadi pada masa itu dijelaskan dengan gamblang dan apa adanya tanpa kesan menutupi, bahkan sengaja membuka tabir gelap dari sistem khilafah itu sendiri. Bahwa sistem khilafah yang banyak diagungkan oleh sebagian kelompok muslim ternyata tak seindah kenyataan yang ada dengan menelisik sejarah yang terjadi di masa lampau yang penuh intrik politik dan juga pertumpahan darah.
Gus Nadir memulai pembahasan dalam buku ini secara runtut, dari tugas atau misi Nabi Muhammad, penjelasan hadits tentang khilafah, sejarah Khulafa ar-Rasyidin dari awal pengangkatan sampai konflik yang terjadi pada masa empat Khalifah tersebut, hingga sejarah kelam masa dinasti Umayyah. Semuanya dibahas dalam buku ini di masing-masing bab yang ditulisnya, sehingga antara satu judul dengan judul lainnya sangat berkaitan. Dan satu judul satu dengan judul lainnya pada dasarnya ingin memberitahukan bahwa sistem khilafah tak seindah bayangannya karena kalau sistem itu diterapkan pada masyarakat zaman ini tentu sudah tidak relevan lagi.
Disisi lain Gus Nadir memang lebih membicarakan tentang sejarah kelam masa khilafah dinasti Umayyah dalam buku ini, namun sekali lagi bahwa apa yang dituliskannya merupakan rujukan beliau dalam mengutip dari sumber Islam klasik, sehingga tak perlu diragukan lagi kandungan yang ada dalam buku ini. Namun disisi lain para Khalifah dalam pusaran sejarah yang dibicarakan selain mempunyai sisi kelam juga banyak menorehkan tinta emas yang tentunya itu juga terukir dalam tinta sejarah, bagian ini dijelaskan Gus Nadir dalam tulisan di buku ini yang berjudul “Sisi Baik dan Sisi Buruk Para Tokoh dalam Sejarah Politik Islam”. Sehingga dari tulisan tersebut bisa memberikan gambaran subjektif bahwa meski Gus Nadir banyak menulis sisi kelam sistem khilafah dalam buku ini namun beliau juga menuliskan prestasi para tokoh sejarah tersebut yang mana sumbangsihnya bisa dirasakan oleh umat Islam. Seperti yang dituliskan Gus Nadir.
“Saat Al-Hajjaj menjadi gubernur diangkat oleh Khalifah Marwan, sejarah mencatat berbagai kekejian dan kekejaman yang dilakukannya. Selain membunuh sahabat Nabi, Abdullah bin Zubair, Al-Hajjaj juga membunuh dua sahabat lainnya, Jabir bin Abdullah, Kumail bin Ziad, dan salah satu ulama besar, yaitu Sa’di bin Jubair. Pada gilirannya, wafatnya Al-Hajjaj disambut suka cita oleh para ulama dan rakyat. Mereka lega bisa terbebas dari kekejaman Al-Hajjaj.
Namun demikian, dikabarkan bahwa Al-Hajjaj itu sangat bagus menghafal Al-Qur’an. Bukan cuma itu, sejarah mencatat jasanya yang menambahkan baris tanda baca dalam mushaf Al-Qur’an sehingga memudahkan kita sampai sekarang…” (hlm. 94)
Buku yang ditulis oleh Gus Nadir ini mengajak kita untuk mengupas doktrin fiqh siyasah dengan bahasa yang ringan dan mudah dicerna. Sehingga kita bisa mengetahui sejarah masa dinasti Umayyah yang ternyata banyak menelan korban jiwa. Dari uraian tersebut setidaknya bisa membuat kita bercermin dari sejarah bahwa sistem khilafah yang akhir-akhir ini didengungkan oleh sebagian kelompok muslim ternyata memiliki sisi buruk yang mana itu tidak bisa disangkal karena banyak karya klasik Islam yang ditulis oleh ulama-ulama besar sudah menjelaskan dengan sangat rinci.
Sejarah sepatutnya dijadikan sebagai cerminan agar hal baik yang terjadi dimasa lampau bisa dicontoh dan diperbaiki lagi, dan hal buruk yang pernah terjadi dimasa lalu tidak terulang lagi.
-Peresensi Muhammad Imam Farouq, Wakil Sekretaris PAC GP Ansor Kejajar