Oleh : Niam At-Majha
Ongol Ongol, 2003
Ketika memutuskan untuk singgah di Kampung Ongol-Ongol harus siap dengan berbagai macam aneka kemungkinan jika kemana-mana harus di awasi. Belajar, mengaji, bahkan jamaah perlu terdeteksi. Jika melanggar risiko tanggung sendiri. Di Padepokan Koi-Koi adalah Padepokan terbaik di antara puluhan lainya yang berdiri megah di Kampung Ongol-Ongol. Kampung yang tak pernah mati akan idiologi, tak pernah redup oleh inovasi saat pendaftaran saja telah ter suguhi dengan peraturan dan kewajiban yang harus di patuhi dan tak ada kompromi.
Apalagi berkaitan dengan mengaji serta jam wajib di Padepokan harus di patuhi. Apabila tak sanggup untuk menaati peraturan yang telah disepakati maka dengan senang hati boleh menggundurkan diri bahkan tanpa permisi sekali pun. Pertama kali singgah tentu dengan suasana yang sangat menyedihkan dan menjengkelkan; jauh dari keluarga, sedangkan para penghuni Padepokan yang lebih dahulu terlihat mengurusi kebutuhannya sendiri. Mandiri.
- Iklan -
“Jika di Padepokan harus bisa mandiri dan tak boleh manja lagi.”ujarnya ketika selesai mengantarkan saya di Padepokan Koi Koi
Pagi menjelang. Saya pergi sarapan sendiri dan belum menemukan teman yang bisa menemani. Warung Pak Zawawi menjadi solusi karena sesuai dengan selera di lidah, menunya beraneka ragam dan pilihan. Paket hemat nasi dan gorengan cukup seribu rupiah. Murah meriah dan empunya warung mendapatkan berkah melimpah. Soal rasa masakannya tak kalah. Warung makan Pak Zawawi menjadi idaman semua penghuni Padepkan Koi-Koi.
Ongol-Ongol, 2004
Liburan di Padepokan telah merambah. Saya meluangkan waktu menghafalkan Alfiah yang sesekali membuatku jenggah dan wegah. Dan jika lelah saya singgah di toko buku sesekali melihat deretan buku-buku yang di jual dengan perasaan gundah. Karena tak kuasa membelinya, harganya terlalu melambung untuk para penghuni Padepokan ini. Sehingga saya lebih memilih dan memilah majalah yang sangat murah. Ya dengan seribu rupiah saya bisa membeli majalah Reesala dalam format foto kopi.
Ternyata Majalah Reesala isi dan yang di ulas rumit-rumit. Dan tulisan di dalamnya pun menerawang ke langit. Sehingga membuat sengit, sebab tak bisa memahami. Nalar tersungkur karena isi majalahnya banyak menyandur kitab-kitab. Banyak kalimat ilmiah. Akal nalar saya belum mampu memamah isi dan maksud dari majalah tersebut. Akan tetapi saya berlangganan sebab mempunyai visi dan misi “Mengusung paradigma kritis” saya menjadi pembeli pertama ketika majalah itu terbit dua minggu sekali. Dan kabarnya sekarang telah mati. Tak mampu terbit lagi.
Ongol-Ongol, 2005
Masih dalam urusan bacaan murah. Saat selesai membersihkan halaman Padepokan selalu saya sempatkan pergi ke toko buku. Sekedar melihat saja. Siapa tahu ada buku murah atau majalah, Koran lokal yang di obral. Dan apa yang kucari telah terpenuhi dengan seribu rupiah aku bisa membeli Koran Kampung. Lebih uniknya lagi yang membidani adalah para penghuni Padepokan Koi-Koi
Isinya sungguh tak biasa, karena membahas potensi-potensi yang ada di Kampung Ongol-Ongol yang notabennya banyak berdiri Padepokan Padepokan; tentu dengan banyaknya Padepokan makan simbiosisnya adalah perputaran ekonominya berjalan dengan pesat dan akurat.
Setelah beberapa bulan berlalu. Saya mendapatkan kabar terbaru. Apabila Koran Kampung tak terbit lagi. Dengan desas-desus tulisannya banyak yang mengganggu naluri. Sungguh sayang sekali; terkadang orang belum bisa memahami jati diri anak muda yang sedang dalam proses pencarian diri melalui jalan imaji. Bisa jadi sebab banyaknya kemapanan-kemapanan yang merasa tercampuri.
Ongol-Ongol, 2006
Bangunan Padepokan berubah. Megah. Mulai yang sederhana menjadi luar biasa. Komplek Timur berubah menjadi lantai 3. Tempat hiburan para penghuni Padepokan yaitu TV dan PS telah merajarela. Ruko-ruko, warung warung semakin melambung. Para Pendatang yang ingin berguru di Padepokan Koi-Koi tak mampu di bendung. Sehingga menimbulkan jalan menuju Padepokan banyak orang berjualan menjajakan berbagai keperluan.
Berdagang di Ongol-Ongol menjanjikan. Terlebih lagi ketika bulan menjelang akhirussanah, Ongol-Ongol menjadi pasar tumpah. Menjadi surganya para penghuni Padepokan untuk melepaskan nafsunya yang selama satu tahun di bendung pelaturan. Janjian ketemuan adalah menu suro yang di hidangkan. Momentum akhirussanah menjadi sebuah janjian.
Ongol-Ongol, 2007
Tahun terakhir bermukim di Padepokan Koi-Koi. Banyak hal yang saya dapatkan. Pengalaman. Perkumpulan teman lintas kota yang selalu kompak sampai ketika sedang jatuh cinta pun kompak merebutkan satu wanita yaitu Dahliya. Jejak Dahliya sekarang entah dimana.
Malam dingin yang mengkerut. Saya memungut sisa-sisa perjalanan di Kampung Ongol-Ongol. Banyak pengalaman yang tak mampu dibeli. Sebab hanya diri sendiri yang mampu untuk menikmati. Ada banyak cerita di warnet Ikfa. Disana selalu ada rindu yang telah berlalu.
Ongol-Ongol, 2008
Perempatan masuk ke Kampung Ongol-Ongol dari arah jalan Barat pada sebidang tanah kosong dengan papan nama akan di bangun Fainmart. Saya terdiam sesaat dengan dan bertafakur tentang papan nama tersebut. Sungguh luar biasa kampung kecil ini dengan kemungkinanvdi kemudian hari akan berubah menjadi Kampung Megapolitan.
Sedangkan swalayan Pantes sudah berdiri dengan megah, gagah. Tiap harinya selalu ramai oleh orang berbelanja atau pun sekedar jalan-jalan ketemuan belaka.
Ongol-Ongol, 2009
Warnet telah merebah. Dekat Padepokan Koi-Koi telah di buka warnet 24 jam. Tak cukup di situ saja perempatan lainnya pun di bangun Warnet dengan menonjolkan fasilitas-fasilitas terbaiknya. Demi menarik pelanggan sebanyak-banyaknya. Niatan berguru ke Padepokan akan terpecah antara belajar yang sungguh-sungguh atau menikmati ke megahan yang telah di sediakan oleh para pengusaha.
Warung kopi pun bertebaran di mana-mana. Lahan-lahan kosong di sulap menjadi sebuah angkringan atau gazebo-gazebo untuk menikmati kenyamaan bersantai sambil menikmati minum kopi.
Ongol-Ongol, 2010
Saya tak lagi melihat Majalah Reesala bahkan Koran Kampung. Kajian kajian tergantikan oleh konter-konter handpone yang berbaris rapi sepanjang jalan dan akhirnya fainmart telah berdiri dengan megah. Berhiaskan lampu-lampu warna. Toko Buku belakang masjid mulai berkembang yang dulu ketika saya masih di Padepokan Koi-Koi pemiliknya masih menawarkan dari satu Padepokan ke Padepokan lain.
Tak hanya itu saja, sekolah yang berbau dengan ke ahlian pun mulai bermunculan. Dengan tawaran; lulus sekolah sini langsung bisa kerja di perusahaan yang sesuai dengan jurusan. Tawaran-tawaran yang sangat menjanjikan.
Ongol-Ongol, 2011
Tak ada yang istimewa pada tahun ini. Saya hanya mendengar slentingan slentingan jika Kampung Ongol-Ongol akan menjadi Kampung Megapolitan suatu hari nanti. Dalam hal pendidikan atau pun gaya hidup pergaulan oleh para penghuninya. Karena semakin tahun banyak penghuni Padepokan berdatangan dari berbagai daerah penjuru negeri, dengan membawa corak serta karakter yang berbeda.
Kampung Ongol-Ongol menjadi pusat perpaduan perbedaan menjadi sejalan. Sebagai tempat laboratorium tentang gaya hidup dari berbagai kota di seluruh Indonesia yang berbeda-beda yang berusaha sama.
Ongol-Ongol, 2012
Padepokan tertua adaah Padepokan Koi-Koi dan di tahun ini merayakan Miladnya. Hampir satu bulan penuh acara demi acara di pentaskan, dengan melibatkan orang ribuan. Serta para penghuni Padepokan atau luar Padepokan. Selain itu, Masjid Jami’ di Kampung Ongol-Ongol mengalami penambahan pelebaran di bagian depan. Dalam pembangunan tanpa adanya bantuan (amal dari orang lain) bahkan di perempatan terpasang spanduk bertuliskan “Pembangunan masjid ini tidak menerima sumbangan berupa apa pun.”
Semakin tahun Kampung Ongol-Ongol bermetamorfosa menjadi lebih baik dari kampung di sekitarnya. Para pemudanya pun telah menggeliat untuk menjadikan Kampung sebagai desa Kajian ke ilmuan agama dan lengkap dengan literaturnya. Sehingga perjalananya setahap demi setahap.
Ongol-Ongol, 2013
Balai pertemuan Kampung Ongol-Ongol berdiri megah dan lapangan tempat bermain telah terbeli untuk kemudian hari akan di bangun Padepokan baru. Bertambah berkembanglah ke ilmuan Kampung Ongol Ongol. Wacana-wacana ke ilmuan banyak di gelontorkan, banyak kajian-kajian di lahirkan.
Sehingga ketika ada seorang ingin mencari sumber referensi akan lebih mudah untuk mendapatkannya. Rencana tahapan kedepannya akan membuat balai pelatihan apa saja yang bisa bermanfaat untuk sesama dan para penghuni Padepokan Koi-Koi, sebab hari ini harus kita jalani dan esok hari harus di rencanakan
Pati, Juni 2015 – Aug 2019
-Penulis adalah Pecinta Kopi dan Petani Kopi