Temanggung, Maarifnujateng.or.id – MTs Ma’arif Gemawang, Kabupaten Temanggung menggelar Seminar bertajuk “Pelajar Vs Pacaran” (Membangun Pelajar NU Bermartabat) yang digelar Sabtu pagi (16/3/2019), yang menghadirkan Pengurus Bidang Diklat dan Litbang LP Ma’arif NU Jawa Tengah Hamidulloh Ibda.
Dalam sambutannya, Kepala MTs Ma’arif Gemawang Imam Achmadi mengatakan kegiatan itu dirangkai dengan Pelantikan Pengurus Komisariat IPNU-IPPNU MTs Ma’arif Gemawang. Pihaknya mengatakan bahwa kegiatan seminar itu dalam rangka membentengi pelajar dari pengaruh global termasuk pacaran.
Sementara itu, saat mengisi seminar itu, Hamidulloh Ibda mengajak ratusan pelajar dari siswa-siswi MTs Ma’arif Gemawang dan kader IPNU-IPPNU mendefinisikan pacaran dari aspek bahasa dan istilah. “Secara bahasa, pacaran itu asal katanya pacar. Pacar itu di tempat saya, Pati, adalah aktivitas memberi warna pada kuku, atau pitek, kutek yang terbuat dari daun inai. Sedangkan secara bahasa di KBBI, diartikan sebagai kekasih, orang yang disayangi, atau aktivitas kasih sayang terhadap lawan jenis. Tapi, ini tentunya bagi yang sudah menikah, bukan di luar menikah,” beber penulis buku Stop Pacaran, Ayo Nikah! tersebut.
Kaprodi PGMI STAINU Temanggung itu juga menandaskan, bahwa dalam Alquran, pacaran tidak ada. “Yang ada hanya khitbah, nikah, talak, rujuk, zina, saya belum menemukan arti pacaran di Alquran. Maka jika tidak ada, jelas hukum pacaran ketika mendekati zina ya tidak diperbolehkan. Mendekati saja tidak boleh, apalagi sampai melakukannya,” beber dia.
- Iklan -
Lalu, kata dia, banyak mana antara dampak positif dan negatif dalam pacaran? “Ya jelas banyak dampak negatifnya. Mulai dari mengganggu pikiran, menghabiskan uang, maksiat, dan juga menyakitkan hati, membuat Anda baper. Dan ketika Anda putus, maka ada tragedi kesenjangan, baik itu silaturahminya, atau sosialnya,” lanjut penulis buku Stop Nikah, Ayo Pacaran tersebut.
Maka solusinya, menurut Ibda, harus melakukan beberapa hal. “Solusinya ya menaham, ngempet, karena sudah jelas dalam hadis Nabi Muhammad, orang yang selamat, cerdas, adalah orang yang mampu menundukkan nafsunya,” kata penulis buku Media Literasi Sekolah tersebut.
Pihaknya juga memberi solusi dalam beberapa hal. “Pertama, stop pacaran ayo belajar, stop nikah ayo aktif organisasi, di IPNU, IPPNU, Pagar Nusa dan lainnya. Kemudian, stop pacaran ayo aktif mengaji, stop pacaran ayo baca buku, stop pacaran, ayo aktif dalam kegiatan keagamaan. Baik itu tahlilan, manakiban, zibaan, istigasah, dan lainnya,” ujar ayah dari Sastra Nadira Iswara tersebut.
Selain itu, pihaknya menegaskan bahwa pelajar terutama aktivis IPNU-IPPNU ketika pacaran, aslinya adalah mereka yang tidak punya pekerjaan. “Ya, kalau Anda ingin produktif, maka boleh-boleh saja pacaran. Pacaran dengan buku, dengan organisasi, dengan IPNU-IPPNU, dengan kitab, jangan pacaran dengan lawan jenis ketika belum menikah,” beber dia.
Di akhir acara, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang sangat meriah karena pelajar-pelajar tersebut melakukan curhat dan sharing terhadap pengalaman pribadi dan mencoba mencari solusinya. (khamim).